Gianyar, Bali (ANTARA) - Dalam rangka memperingati HUT Gianyar ke-248, Pemkab Gianyar mengadakan Lomba Gender Wayang untuk generasi emas demi menjaga dan melestarikan seni budaya yang tentunya harus mulai dari sejak usia dini.
Perlombaan yang memang lebih memfokuskan kepada anak-anak di bawah umur 15 tahun, diikuti 25 pasang atau 50 peserta dari berbagai daerah di Gianyar.
"Diharapkan, lomba yang melibatkan generasi emas yang ada itu bisa mengajegkan seni dan budaya yang ada," kata Kepala Bidang Kesenian dan Tenaga Kebudayaan Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar, Anak Agung Gde Agung, di Gianyar, Sabtu.
Pada hari yang sama juga dilaksanakan lomba seni suara dan lomba tari Jauk dan mekendang tunggal yang juga melibatkan anak-anak di bawah umur 15 tahun.
AA Gde Agung mengungkapkan pelaksanaan lomba gender wayang, seni suara dan lomba Jauk mekendang tunggal anak-anak di bawah usia 15 tahun sangat positif dalam melestarikan kebudayaan.
Dalam kesempatan tersebut, ia berharap agar perlombaan gender dapat diselenggarakan secara berkelanjutan untuk menjaring generasi penerus, khususnya seni gender wayang, seni suara dan lomba jauk mekendang tunggal.
“Karena ini juga dapat menguatkan jati diri Gianyar sebagai daerah seni budaya,” terangnya.
Ditambahkan, terselenggaranya perlombaan lomba yang memfokuskan ke anak-anak usia dini tidak terlepas dari para tokoh seniman baik gender wayang, maupun Jauk mekendang tunggal di Gianyar. Terlebih, para seniman itu masih aktif dalam membina bibit baru generasi muda.
Selain itu, Anak Agung Gde Agung berharap untuk melestarikan seni dan budaya dan juga untuk menggali potensi para seniman cilik sebagai generasi penerus. Dengan demikian mereka diharapkan dapat menjaga serta memelihara kesenian Bali.
Sementara salah satu peserta lomba gender, Gede Eka Putra Nugraha dari Sanggar Lulut Batuyang Desa Batubulan Kangin mengaku senang bisa ikut lomba gender. Sebab, dirinya sejak kecil memang senang memainkan gender wayang dan ikut sanggar.
“Melalui lomba saya bisa mengasah kemampuan dan berusaha menampilkan terbaik,” ungkap Gede Eka Putra yang mengaku sejak umur 5 tahun mulai belajar gender dari sang kakek I Ketut Muka dan I Ketut Kutat.
Sementara peserta lainnya Made Ari Duta Nugraha dari sanggar yang sama mengharapkan lomba gender secara rutin dilaksanakan, tidak hanya menunggu Hari Jadi Kota Gianyar