Empat proyek strategis nasional yang belum on stream di tahun 2019 dan masuk Strategis Nasional yaitu Proyek Tangguh Train 3 yang ditargetkan tahun 2020, Proyek Jambaran Tiung Biru yang ditargetkan tahun 2021, Proyek Indonesia Deep Water (IDD) yang ditargetkan tahun 2024, dan Proyek Abadi yang ditargetkan tahun 2027,
Dwi mengungkapkan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pencapaian tahapan empat proyek strategis nasional menjadi salah satu indikator kunci kinerja SKK Migas di tahun 2019.
Indikator lainnya adalah perbaikan tata kelola yang baik, capaian cost recovery, penerimaan negara dan lifting migas.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan migas dalam negeri, upaya peningkatan lifting harus didukung dengan kegiatan eksplorasi yang masif.
Di tahun 2019, rasio penggantian cadangan (reserve replacement ratio/RRR) kembali dipatok sebesar 100 persen. Sebanyak 45 rencana pengembangan lapangan (plan of development/PoD) disetujui sepanjang tahun 2018, memberikan tambahan cadangan minyak dan gas bumi (migas) yang terbukti sekitar 831,5 juta setara barel minyak.
Penambahan cadangan tersebut berdampak signifikan pada pencapaian RRR hingga 105,6 persen dari target 2018. “Penemuan baru sangat dibutuhkan untuk mempertahankan produksi migas saat ini serta menjamin pasokan energi migas Indonesia,” ujar Dwi.
Penerimaan negara dari industri hulu minyak dan gas bumi di tahun 2018 meningkat signifikan mencapai 17,5 miliar dolar AS (unaudited) atau sekitar Rp215 triliun.
“Melihat tren penerimaan dari hulu migas yang semakin meningkat, kami optimis dapat mencapai, bahkan melebihi target yang ditetapkan dalam APBN 2019,” kata Kepala SKK Migas.
Angka ini menurut SKK Migas melampaui target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang sebesar 11,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp160,6 triliun. Pencapaian penerimaan negara hingga 147 persen di atas target APBN 2018 mendorong target penerimaan negara tahun 2019 menjadi sebesar 17,5 miliar dolar AS.
Baca juga: SKK Migas sebutkan target penerimaan negara meningkat
(AL)