Denpasar (Antara Bali) - Mantan anggota DPRD Bali Made Arjaya meminta lembaga terkait mengkaji terlebih dahulu rencana pembangunan proyek "storage liquefied natural gas" (LNG) di Pelabuhan Benoa, Kota Denpasar.
"Menurut saya, lembaga terkait melakukan kajian terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membangun proyek LNG tersebut," katanya di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan Pelabuhan Benoa kalau dari luasnya untuk membangun LNG dirasa masih kurang, terlebih pelabuhan tersebut digunakan untuk terminal domestik dan pelabuhan kapal pesiar.
"Memang rencana membangun LNG bisa saja dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan bagi Pulau Dewata, tetapi harus dipikirkan dampak lainnya, seperti lingkungan dan sektor pariwisata jika kapal tanker pengangkut LNG itu mondar-mandir di perairan Bali," ucap pria asal Desa Sanur, Denpasar.
Arjaya berpesan kepada lembaga terkait untuk mengkaji secara mendalam bila LNG itu dibangun di Pelabuhan Benoa termasuk juga dampak yang akan ditimbulkan.
"Saya berharap tidak sampai menganggu sektor pariwisata Bali. Memang bahan bakar gas sangat ramah lingkungan. Tapi yang lebih penting adalah tidak sampai menganggu sektor andalan Pulau Dewata," katanya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia III Djarwo Surjanto mempersilakan lembaga yang ingin membangun LNG terlebih dahulu melakukan kajian.
"Kami minta kajian dulu. Karena lahan di Pelindo Benoa terbatas. Lebih baik jika harus dibangun kami sarankan dengan sistem flotting dari pada permanen," katanya.
Ia mengatakan dengan sistem "flotting" akan memudahkan dipindah jika lokasinya tidak memenuhi persyaratan atau kendala lainnya.
"Dengan sistem `flotting` tersebut untuk LNG kami rasa sangat tepat," katanya. (WDY)
Pembangunan LNG di Benoa Perlu Kajian
Jumat, 3 Oktober 2014 15:22 WIB