Denpasar (Antara Bali) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar melakukan kegiatan "ngayah", salah satu bentuk pengabdian masyarakat, pendidikan dan penelitian, saat masyarakat menggelar kegiatan ritual berskala besar yang melibatkan warga adat di Bali.
"Kegiatan ngayah itu dengan menampilkan kesenian tradisional sebagai kelengkapan kegiatan ritual yang digelar masyarakat desa adat," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, kegiatan "ngayah" tersebut dilakukan secara berkesinambungan, memenuhi keinginan dan harapan masyarakat, karena jauh sebelumnya pengurus (prajuru) desa adat sudah mengajukan permohonan agar ISI melengkapi kegiatan ritual itu dengan menampilkan kesenian.
Mahasiswa dan dosen ISI dalam kegiatan "ngayah" di Pura Kauman Banjar Sumerta Kaja, Kota Denpasar, berkolaborasi dengan seniman setempat untuk mementaskan kesenian Calon Arang berjudul "Gusti Ayu Pelung".
Selain itu juga menampilkan tarian Telek dan Watangan. Tarian Telek dibawakan oleh Kadek Arsiniwati, Nyoman Sriwahyuni, Gusti Ayu Srinatih, Ni Nyoman Kasih, Oka Surya Negara dan Sutirta, seluruhnya mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan (FSP).
Selain itu tarian Watangan atau Bangke-Bangke dibawakan oleh I Nyoman Kerta, dosen ISI Denpasar yang juga warga Banjar Lebah, Denpasar.
Pada puncak kegiatan ritual tersebut juga ditampilkan tari Barong, legong Kuntul, Jauk Manis, Barong, Telek, dan Sisya yang mendapat perhatian besar dari masyarakat setempat.(*)
ISI Denpasar "Ngayah" Berkesinambungan
Kamis, 18 Agustus 2011 8:12 WIB