Negara (Antaranews Bali) - Nelayan di Kabupaten Jembrana, Bali meminta aplikasi peta ikan yang bisa diakses lewat telepon genggam android bisa lebih disederhanakan.
"Nelayan masih kesulitan membaca peta lewat aplikasi meskipun sudah pernah mendapatkan pelatihan. Kami berharap, pemerintah lebih menyederhanakan aplikasi maupun peta yang muncul," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cabang Jembrana Made Widanayasa, di Negara, Jumat.
Ia mengatakan, beberapa waktu lalu nelayan mendapatkan pelatihan dari Balai Riset Dan Observasi Laut, terkait pencarian posisi ikan dengan memanfaatkan teknologi yang bisa diakses lewat telepon genggam android.
Namun, menurutnya, karena teknologi itu terlalu rumit, nelayan tidak bisa memanfaatkannya secara maksimal karena bingung dalam membaca peta posisi ikan yang muncul di layar telepon.
"Dari kalangan nelayan rata-rata minta Balai Riset Dan Observasi Laut lebih menyederhanakan peta yang muncul, sehingga nelayan bisa membacanya," katanya.
Meski belum bisa memberikan hasil yang maksimal, ia mengatakan, pihaknya tetap mendorong dan mendukung program pemerintah dalam hal pemanfaatan teknologi bagi nelayan untuk meningkatkan hasil tangkap.
Sementara Kepala Dinas Kelautan Dan Perikanan Jembrana Made Dwi Maharimbawa mengatakan, nelayan saat ini sudah mulai menyadari kondisi laut yang sering berubah-ubah yang mempengaruhi posisi ikan incaran mereka.
"Karena itu pemerintah mendorong nelayan untuk menggunakan teknologi, sehingga saat melaut tidak hanya mengandalkan naluri atau perkiraan saja," katanya.
Dengan menguasai dan menerapkan teknologi, menurutnya, posisi ikan akan lebih bisa diketahui dengan akurat, sehingga memudahkan nelayan untuk menangkapnya.
Namun ia menyadari, karena baru diperkenalkan, banyak nelayan yang belum sepenuhnya bisa menguasai teknologi aplikasi untuk mencari posisi ikan lebih telepon genggam.
"Kami berharap ada komunikasi dari kelompok nelayan kepada kami terkait kendala dan hasil setelah menggunakan aplikasi teknologi. Dengan informasi dari nelayan, bisa dipakai sebagai bahan untuk evaluasi aplikasi tersebut," katanya.
Selain belum terbiasa, ia mengungkapkan, belum maksimalnya hasil yang diperoleh nelayan saat menggunakan aplikasi pemetaan ikan, juga dipengaruhi alat tangkap beserta cara tangkap mereka yang belum sesuai.
"Semuanya akan kami bantu untuk memperbaikinya secara bertahap, sehingga antara alat tangkap, cara menangkap serta posisi ikan yang tertera di aplikasi telepon genggam android bisa selaras," katanya.
Menurutnya, saat nelayan sudah mampu sepenuhnya menggunakan teknologi penangkapan, akan menghemat biaya operasional mereka karena tidak perlu keliling di laut untuk mencari posisi ikan.
"Kalau menggunakan naluri atau perkiraan, nelayan pasti akan berkeliling di lautan dengan pengeluaran biaya untuk bahan bakar, tapi saat mampu memanfaatkan teknologi pemetaan posisi ikan mereka bisa langsung menuju ke lokasi sehingga bisa menghemat bahan bakar dan tenaga," katanya.
Beberapa waktu lalu, Balai Riset Dan Observasi Laut yang berlokasi di Desa Perancak, Kecamatan Jembrana bekerjasama dengan salah satu operator selular melakukan sosialisasi dan pelatihan aplikasi untuk mengetahui posisi ikan di kalangan nelayan. (WDY)