Denpasar, (Antaranews Bali) - Sejumlah seniman dan berbagai komunitas di Bali menggelar pentas seni bertajuk "Art for Humanity, Solidaritas untuk Gempa Lombok" yang diisi dengan kegiatan lelang dan pengumpulan donasi.
"Pesan yang ingin kami sampaikan dari kegiatan solidaritas ini bukan dari seberapa banyak yang dikumpulkan secara nominal maupun barang, solidaritas bisa dalam bentuk dukungan dari kawan-kawan seniman dan komunitas," kata Grace Jeanie, penulis buku antologi cerpen Perempuan di Balik Bingkai yang karyanya diluncurkan dalam acara "Art for Humanity, Solidaritas untuk Gempa Lombok," itu, di Denpasar, Sabtu malam.
Jeanie mengatakan, awalnya dia hanya ingin me-launching buku Perempuan di Balik Bingkai yang berisikan cerpen lamanya yang berhasil dikumpulkan, dan juga peluncuran single album "Di Ujung Senja".
Cerpen Jeanie itu sendiri banyak menyerap kehidupan kaum jalanan, karena sewaktu remajanya di Surabaya, dia biasa bergaul dengan preman, pemabuk, pelacur, dan berbagai jenis manusia yang dianggap "sampah" masyarakat". "Namun karena kondisi Lombok yang terkena gempa, kok sangat tidak adil bagi kami (Jeanie dan sejumlah seniman-red) kalau hanya membuat acara untuk launching album saja," ucap Jeanie yang mantan jurnalis itu dan juga perintis usaha event organizer JP Pro Bali
Oleh karena itu, kegiatan peluncuran buku dan album, sekaligus dirangkaian dengan "performing art" dari sejumlah seniman, kelompok teater dan komunitas seni serta lelang karya lukisan, sketsa, masakan khas Bali, hingga tanaman kaktus.
Performing Art diantaranya dari Anda Perdana, Gede XFaktor, Putu Indah Kids Voice Indonesia, Talijagat Kampung Puisi, Teater Kantor Jakarta, Teater Orok, Kelompok Sekali Pentas dan sejumlah grup band lainnya.
Sedangkan yang dilelang antaranya karya sketsa Putu Fajar Arcana dan Ayu Sulistyowati, lukisan karya Citra Sasmita, lukisan Polenk Rediasa, lukisan Gus Purwa dan pelukis lainnya. Ada juga lelang koleksi JP Pro Bali, foto aksi 98 koleksi Prodem Bali, foto karya Lingkara Photo Community dan masih banyak lainnya.
Dari acara lelang tersebut dan penjualan buku, akhirnya terkumpul donasi sebesar Rp17.426.500, yang nantinya akan disumbangkan untuk membantu korban gempa Lombok, NTB. "Kami rencananya juga mau bikin semacam sekolah untuk trauma healing. Sebelumnya kami sudah bangun sarana MCK, tandon air, bantuan untuk dapur umum. Kami rencana beli berapa tenda yang mudah-mudahan siang bisa digunakan untuk belajar dan malamnya untuk berteduh oleh para pengungsi," kata Jeanie.
Sementara itu, Deputi I Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, B. Wisnu Widjaja, lewat sambungan telepon dengan pengisi acara "Art for Humanity" tersebut menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas acara yang digelar tersebut.
"Memang untuk urusan kebencanaan ini kita harus bersatu-padu karena pemerintah tidak akan bisa menangani semuanya sendiri," ujarnya.
Wisnu yang mengaku sudah berada tiga minggu di Lombok itu juga meminta dukungan dari media agar mengurangi hal-hal pemberitaan yang dramatis. "Masyarakat Lombok harus bangun kembali dan sudah selesai waktunya untuk meratap," ucapnya.
Menurut dia, setelah gempa masyarakat Lombok sehari-hari mereka masih ada yang bisa bekerja menjual hasil pertaniannya seperti cabai, kakao, hingga jambu mete. Tetapi memang tidak bisa bekerja penuh di lapangan karena masih ada rasa trauma gempa dan ketakutan berpisah dengan keluarga. "Prioritas kami saat ini adalah untuk pembangunan rumah warga yang rusak. Senin (27/8) akan kami kumpulkan para fasilitator untuk pembangunan rumah," katanya yang juga Koordinator Pos Pendampingan Nasional Gempa Lombok itu.
Wisnu menambahkan, akibat gempa Lombok, sekitar 75 rumah warga hancur, tiga rumah sakit rusak, 55 puskesmas rusak berat, lebih dari 1300 sekolah dan madrasah juga rusak.
Ayu Sulistyowati, jurnalis Kompas, sebagai pembuat sketsa dalam buku Perempuan di Balik Bingkai itu menambahkan bahwa cerpen-cerpen Jeanie itu juga berisi pesan untuk mengingatkan para orang tua jangan terlalu sibuk dengan kegiatan sendiri yang lantas mengurangi perhatian pada si buah hati.
"Dari karya Jeanie, kita diajak untuk tidak boleh egois, tak menang sendiri. Saya berterima kasih karena telah diberi kebebasan untuk menuangkan sketsa dalam karya-karya cerpen ini dengan menggunakan media cat air dan kopi. Saya merasa terhormat diberi kepercayaan ini karena saya bukan seorang seniman," ucap Ayu.
Pada kesempatan itu juga dihadirkan sejumlah seniman yang terlibat dalam lahirnya buku dan album single "Di Ujung Senja" seperti I Wayan Jengki Sunarta, Hartanto, Gusti Ayu Rella Mart, Erick Est, Gus Bim dan Polenk Rediasa.