Denpasar (Antaranews Bali) - Joged Pingitan dari Banjar Tegenungan dan Desa Singapadu, Kabupaten Gianyar, bangkit kembali dalam ajang "Bali Mandara Mahalango" di Taman Budaya Denpasar, setelah puluhan tahun "tenggelam".
"Seni Joged Pingitan kami yang dulu tenggelam, kini berusaha kami bangkitkan kembali," kata I Made Sukadana selaku Ketua Sekaa Joged Pingitan Tempekan Selat Singapadu, disela-sela pementasan di Taman Budaya Denpasar, Senin malam.
Kedua sekaa (sanggar) Joged Pingitan dari kedua daerah di Bumi Seni Gianyar yakni? Sekaa Seni Tabuh dan Tari Joged Pingitan, Banjar Tegenungan, Desa Kemenuh dan Sekaa Joged Pingitan Tempekan Selat, Banjar Apuan, Desa Singapadu mendapatkan kesempatan unjuk gigi setelah sekian lama "bersembunyi".
"Kami diberikan fasilitas oleh para dosen dari Universitas Udayana dan ISI untuk membangkitkan seni tradisi Joged Pingitan di wilayah kami," ujar Sukadana.
Kedua sekaa tersebut tampil dalam Bali Mandara Mahalango ke-5? dalam garapan gelar seni kerakyatan Joged Pingitan. Menurut pengakuan Sukadana, sekaa yang dipimpinnya baru "bangkit" tiga bulan ini, setelah? sempat eksis di tahun 70-an. "Sekaa joged kami sempat tampil di Taman Mini di tahun 1977 dan juga bubar di tahun yang sama karena ada konflik," ucapnya.
Konflik yang diakibatkan oleh kesalahpahaman antar-anggota sekaa yang membuat para anggotanya memutuskan untuk membubarkan sekaa agar konflik berhenti.
Kala itu, sekaa joged dari Desa Singapadu hanya memiliki anggota yang sedikit awalnya, saat tampil di Taman Mini banyak yang ingin tampil dan di saat yang sama anggota sekaa justru membatasi jumlah anggota. Seketika, masyarakat pun geram dan akhirnya joged pingitan pun kelam dan tak pernah muncul.
Tak hanya Sukadana, I Made Rodig yang menjadi pemimpin tabuh yakni? Sekaa Seni Tabuh dan Tari Joged Pingitan, Banjar Tegenungan juga menuturkan keadaan sekaanya. "Kami hanya sebatas tampil di pura awalnya, namun dengan adanya program seperti ini kami bisa menunjukkan bagaimana sejatinya Joged Pingitan," ujarnya.
Antusiasme masyarakat cukup besar dalam menyaksikan kesenian kerakyatan yang berlangsung di Kalangan Madya Mandala Taman Budaya, Denpasar itu.
Keramaian pun telah terlihat sebelum acara dimulai. Penampilan yang dilaksanakan secara mebarung (bergantian-red) ini pun didahului dengan tabuh petegak dari masing-masing sekaa Joged Pingitan.
Sekaa joged dari Tegenungan menampilkan Condong Legong sebagai persembahan pembuka, garapan kedua Joged Cilik yang ditarikan oleh seorang gadis berusia tujuh tahun, bapang cenik, dan bapang gede.
Untuk sekaa Joged Pingitan dari Singapadu menampilkan garapan Condong Joged Pingitan dengan lelampahan (cerita) Calonarang dan Joged Pingitan dengan menggunakan dammar (lampu dengan nyala api-red) yang disebut dengan Gandrangan.
Tak hanya masyarakat, antusiasme dan apresiasi pun juga ditunjukkan oleh I Wayan Dibia selaku kurator Bali Mandara Mahalango 5. "Dua daerah yang menampilkan gaya yang berbeda-beda dan saya lihat di sini ada kaderisasi, bagus," ujar Dibia.
Hanya ada satu catatan dari Dibia yang perlu menjadi bahan pembelajaran bagi kedua sekaa ini. "Pengibingnya supaya lebih banyak lagi dan orang luar juga harusnya bisa naik dan ikut mengibing dengan sebelumnya dijelaskan bahwa tidak boleh saling bersentuhan," kata Dibia. (WDY)