Oleh I Ketut Sutika
Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah ibu rumah tangga menyatakan heran saat berbelanja di sejumlah pasar tradisional maupun swalayan mengomentari adanya kenaikan harga kebutuhan pokok saat Ramadhan di Bali.
Lonjakan permintaan akan barang di daerah itu sebenarnya tidak terlalu kelihatan, seperti halnya di daerah lainnya di Nusantara, namun tetap saja pedagang di Bali menaikkan harga barang mengikuti perkembangan.
Pedagang di daerah ini tampaknya ikutan menaikkan harga barang seperti di daerah lain, yang keperluannya memang lebih banyak seperti kenaikan harga gula pasir, beras, daging telur dan kebutuhan pokok lainnya.
"Masak kami tidak boleh ikutan menaikan harga beras misalnya seperti di daerah lain," kata Ni Made Manis pedagang beras di Pasar Badung Denpasar. Aloasannya saat ini kesempatan emas untuk mendapatkan keuntungan tambahan.
Harga barang tetap merangkak naik walau permintaan masih biasa-biasanya seperti biasanya, tambah wanita setengah baya itu sambil menyebutkan kenaikan harga barang sejak memasuki minggu pertama Agustus 2011.
Kenaikan harga tersebut seperti halnya sejumlah kebutuhan pokok seperti gula pasir dan minyak goreng (migor) mulai mengalami kenaikan antara Rp200 - Rp500 per kilogram, menyusul lonjakan harga beras kualitas yang lebih baik.
Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional, di Denpasar dan sekitarnya harga beberapa komoditas rata-rata mengalami kenaikan. Terutama beras yang masih merangkak naik, walaupun persediaan cukup memadai.
Permintaan barang dalam rangkaian Hari Raya umat beragama muslim di daerah ini, tidak terlalu tampak, persediaan barang masih mencukupi, namun harga tetap naik mengikuti perkembangan harga yang ada di daerah lain.
Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Provinsi Bali Bagus Ketut Wijaya, mengatakan harga sembilan kebutuhan pokok relatif stabil, tidak ada tampak gejolak yang menonjol di daerah pariwisata pulau Bali.
Ada kenaikan dan penurunan harga hanya terjadi pada satu atau dua komoditas, seperti harga gula pasir dari Rp10.500 menjadi Rp11.000 per kg atau mengalami kenaikan Rp 500. Untuk harga migor sawit juga mengalami kenaikan Rp500, yakni menjadi Rp10.500 dari harga sebelumnya Rp 10.000 per liter.
Di sisi lain, kenaikan harga juga terjadi pada harga telur ayam yakni di kisaran harga Rp18.500 per kg dan telur ayam kampung Rp28.500 per kg. Kenaikan harga sebelumnya juga terjadi pada harga beras, untuk beras IR 64 super lokal dijual dengan harga sekitar Rp 8.000 per kg dari sebelumnya Rp7.800 per kg.
Sementara beras hasil petani luar Bali yang mengisi pasar di Bali seperti beras Putri Sejati Rp8.500 per kg naik dari sebelumnya Rp 8.400 per kg. Beras merek Putri Agung Rp8.000 per kg dan beras ratu dijual pada harga Rp 8.000 per kg.
Pengusaha rumah makan yang biasa melayani turis dalam dan luar negeri dalam menghadapi bulan puasa tidak perlu khawatir akan berkurangnya persediaan sembako di pasaran, karena pemerintah menjamin keamanan sembako di Bali.
Sesuai pengalaman hampir semua permintaan memasuki bulan puasa dan menjelang Lebaran tahun 2011 diprediksi sama seperti terjadi setiap periode ini, karena perdagangan antarpulau lancar, baik dari Jawa maupun Lombok.
"Naiknya harga jual bahan pokok bukan karena persediaan berkurang, melainkan karena hukum bisnis yang mencari keuntungan di tengah situasi hari raya, kesempatan kami untuk mendapatkan keuntungan lebih," tutur Suwartini pedagang lainnya.
Antisipasi
Lonjakan harga barang kebutuhan pokok hampir terjadi menjelang Ramadhan, oleh sebab itu pemerintah mengantisipasi memasarkan beras murah kepada masyarakat miskin lewat program beras untuk masyarakat miskin (Raskin) di Bali.
Realisasi beras untuk masyarakat miskin (raskin) di daerah Bali untuk jatah Juli 2011 sebanyak 1.437 ton dari rencana 2.000 ton, sehingga seluruhnya sejak Januari sudah mencapai 12.990 ton.
"Lancar pembagian raskin kepada masyarakat yang berhak menerimanya di daerah ini, ikut andil dalam menstabilkan harga beras di pasaran," kata Ketua Satgas Kerja Raskin Bulog Devisi Bali Wayan Suyasa, di Denpasar.
Kebutuhan beras oleh masyaraklat di Bali mulai naik tidak saja menjelang Puasa, sudah mulai masyarakat khususnya umat Hindu yang merayakan Galungan dan Kuningan periode Juli berlanjt hingga Lebaran nanti.
Umat Hindu di daerah ini juga memerlukan banyak beras sebagai bahan upakara ritual, namun persediaan maupun harga beras di pasaran tetap stabil, karena ada penyaluran sekitar 2.000 ton raskin kepada masyarakat.
Masyarakat kurang mampu yang ada di daerah pedesaan maupun yang ada di kota setiap bulan menerima beras murah seharga Rp1.600/kg ditambah hasil panen petani dan lancarnya perdagangan antarpulau menyebabkan harga tidak berfluktuasi.
Walau permintaan banyak, namun suplai beras di pasaran lancar maka harga tetap stabil, kata dia sambil menyebutkan beras Bulog yang diberikan selama ini kepada 134.804 rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM).
Beras murah yang diberikan pemerintah kepada masyarakat kurang mampu cukup lancar, karena harga yang dipatok pemerintah sangat murah yakni hanya Rp1.600 per kilogram, sedangkan di pasaran mencapai Rp6.000 per kilogram.
Menjelang Lebaran terjadi lonjakan harga beras dan sejumlah barang kebutuhan lainnya di pasaran, tidak terlalu meresahkan rakyat kurang mampu karena mereka sudah memiliki salah satu persediaan bahan makanan yang diperlukannya.
Selama puasa di daerah ini, persediaan beras di gudang-gudang Bulog di Bali jumlahnya memadai dan mencukupi persediaan untuk beberapa bulan ke depan, sedangkan di pasaran masih sangat stabil.
Suyasa mengatakan, di Bali belum perlu adanya operasi pasar beras, karena lonjakan harga masih pada batas yang wajar.
"Yang penting masyarakat kurang mampu sudah menerima beras setiap bulan," kata dia lagi.
Operasi pasar juga dirasakan kurang efektif, karena calon pembelinya atau sasaran yang dituju kurang pas, paling-paling yang membeli beras adalah pedagang sediri, dan belum pasti masyarakat yang memerlukannya.
Jadi memang belum perlu ada operasi pasar di Bali, katanya lagi sambil menyebutkan bahwa jika ada permintaan dari pemerintah setempat untuk melakukan operasi pasar beras, pihak Bulog siap melaksanakannya setiap saat.
Bali dalam memenuhi kebutuhan beras mendatangkan sekitar 5.000 ton beras dari Jawa Timur sebagai tambahan persediaan nasional dan mengantisipasi harga salah satu bahan kebutuhan pokok masyarakat menjelang bulan puasa.
Adanya tambahan beras hasil produksi petani Jawa Timur itu, berarti Bali memiliki sekitar 8.000 ton beras sebagai persediaan pangan nasional yang cukup untuk empat bulan ke depan, karena mengeluarkan 2.000 ton raskin/bulan.
Untuk persediaan pangan nasional yang ditangani Bulog, Bali selama ini terpaksa mendatangkan beras yang hampir sepenuhnya diambilkan dari gudang-gudang Bulog yang ada di Jawa Timur, Sulawesi bahkan beras Impor dari Vietnam.
Beras persediaan pangan nasional yang ada di gudang-gudang Bulog Bali sebanyak itu tidak perlu mengkhawatirkan, mengingat perdagangan antarpulau cukup lancar dan persediaan di lapangan memadai harga-harga masih stabil.
Bali mendatangkan beras dari luar daerah, bukan berarti petani daerah ini tidak berproduksi, beras hasil panenan masyarakat umumnya diperdagangkan ke pasaran bebas dengan harga lebih baik.
Perdagangan antarpulau beras dari Jawa Timur, Lombok Nusa Tenggara Barat, ke Bali dan sebaliknya lancar sehingga persediaan jenis matadagangan tersebut di pasaran sangat memadai sehingga tidak terjadi gejolak harga.(*)