Denpasar (Antaranews Bali) - Pemerintah Kota Denpasar, Bali, menggenjot Subak Sembung dan Pakel di Kecamatan Denpasar Utara, sebagai objek wisata dengan konsep agrikultur.
Kepala Seksi Pembinaan Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Denpasar Rose Sintha Dewi di Denpasar, Rabu, mengatakan keberadaan Subak Pakel menjadi objek pariwisata merupakan keinginan masyarakat, yang sejalan dengan inovasi Pemkot Denpasar dalam melestarikan subak, sebagai sistem organisasi pengairan sawah tradisional Bali, menjadi obyek wisata agrikultur.
"Untuk mendukung objek wisata tersebut, masyarakat setempat sudah membangun `jogging track` (jalan lintasan) sepanjang 100 meter," ucapnya.
Untuk melakukan penyuluhan dalam pengembangan dan promosi Subak Pakel kepada masyarakat, Dinas Pariwisata Kota Denpasar melakukan pagelaran seni tradisional "Bondres Clekontong Mas" pada Selasa (12/6) di Wantilan Desa Pakraman Poh Gading.
"Melalui kesenian `Bondres Clekontong Mas` diharapkan masyarakat akan cepat memahami dan mengetahui kepariwisataan di Denpasar serta memahami pentingnya subak sebagai objek pariwisata," ucap Rose Sintha.
Ia berharap dengan menjadikan Subak Pakel sebagai objek wisata dapat meningkatkan perekonomian di Desa Ubung Kaja dan sekitarnya.
Sementara itu, Kepala Desa (Perbekel) Desa Ubung Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Wayan Mirta mengatakan seluruh pemangku kepentingan di Desa Ubung Kaja ingin menjadikan Subak Pakel sebagai objek wisata. Hal tersebut dilakukan karena lahannya cukup luas yakni 63 hektare.
"Tanah di sana diminati oleh pengembang pembangunan (property). Agar lahan sawah di subak ini tidak habis maka kami harus berpikir bagaimana cara mempertahankan. Salah satu cara adalah dengan menjadikan objek wisata agrikuktural dengan menyajikan obyek wisata sekaligus menanamkan nilai budaya leluhur dalam bertani," ujarnya.
Ia mengatakan sebuah desa identik dengan adanya sawah, sungai maupun ladang. Untuk mendukung maksimalnya objek wisata Subak Pakel tersebut pihaknya berencana membentuk kelompok tani perkotaan.
"Kami akan buat konsep petani ala kota atau `urban farming`. Selain itu juga akan membuat desain yaitu desa wisata," ucapnya.
Lebih lanjut Wayan Mirta mengatakan pihaknya juga akan membuat konsep wisata yang memacu adrenalin. "Urban farming" juga akan diubah agar tidak bertani padi saja. Dengan cara itu maka penghasilan petani meningkat dari pada petani biasa.
"Pengelolahan subak dengan metode seperti ini akan dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD), serta tanah milik warga bisa bernilai lebih untuk masyarakat sendiri. Selain itu akan lahir petani-petani muda dan membuat konsep pemikiran baru kepada para petani seperti daerah lainnya," katanya.