Denpasar (Antaranews Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar, Bali, menggelar program kelas kreatif yakni membuat video pendek yang melibatkan 30 peserta selama dua hari, 8-9 Februari 2018.
"Program kelas kreatif membuat video pendek itu dengan instruktur Krisna Murti yang merupakan seorang seniman bereputasi internasional yang telah melanglang buana ke berbagai negara di belahan dunia," kata Penata kegiatan tersebut Putu Aryastawa di Denpasar, Kamis.
Krisna Murti merupakan seniman yang kerap melakukan kolaborasi lintas bidang dan menghasilkan "video art" yang imajinatif serta berlapis arti.
Karyanya mulai dikenal ketika menampilkan video performance, instalasi, dan foto dalam pameran tunggalnya tahun 1993 yang berjudul "12 Jam dalam Kehidupan Penari Agung Rai" di Studio R-66, Bandung.
Ia mengadakan pameran tunggal pertama ke luar negeri pada tahun 1997, yakni "Of The Dancer: Her Negelcted Skecthes" di Moskow, Rusia. Hingga kini telah mengadakan 35 kali pameran tunggal di dalam dan luar negeri, antara lain Jepang, Singapura, Kuba, Rusia, Australia, Jerman, dan Belanda.
Selain menguraikan pemanfaatan teknologi IT terkini, pada lokakarya kali ini, Krisna Murti juga memperdalam pengalaman mengenai proses cipta serta bagaimana video yang dapat menampilkan keutuhan visual dan pesan yang esensial, walau berdurasi 1-2 menit.
Sebanyak 30 peserta terpilih mengikuti workshop seni video pendek bersama Krisna Murti. Secara khusus, lokakarya mengetengahkan pembekalan teori, diskusi dan praktik pengambilan gambar di sekitar lokasi Bentara Budaya Bali, hingga penyuntingan video yang diakhiri "video screening" hasil workshop.
"Saya ingin membagikan kepada publik, khususnya generasi muda di Bali, perihal bagaimana strategi estetik menjadikan bahasa video yang efektif, singkat, padat, dan penuh arti," ujar Krisna Murti.
Kelas Kreatif tentang video pendek ini diniatkan sebagai sebuah upaya memperkenalkan ragam video tertaut kerja seni dengan penggalian wacana dalam konteks yang lebih luas, internasional, guna menemukan perspektif baru bagi generasi muda Bali di tengah penggunaan video dan teknologi canggih hanya untuk memuaskan gaya hidup dan tidak kreatif.
Menurut Krisna, seni video adalah gubahan gambar bergerak yang menggunakan teknologi video.
"Basis pemahaman video adalah bayang, bayang adalah realitas, kenyataan. Bali sebagai salah satu basis peradaban bayang memiliki akar yang kuat dan sejatinya relevan bila ada kesediaan kembali kepada jatidirinya melalui esensi dari kultur wayang sebagai bayang," kata Krisna. (WDY)