Jakarta (Antaranews Bali) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto
mengatakan jumlah penduduk miskin yang tercatat pada September 2017
mencapai 26,58 juta orang atau menurun 1,19 juta orang dari Maret 2017
sebesar 27,77 juta orang.
"Ini merupakan capaian menggembirakan, karena persentase penduduk
miskin September 2017 turun menjadi 10,12 persen," kata Suhariyanto
dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Suhariyanto mengatakan jumlah penduduk miskin ini juga menurun dari
periode sama tahun lalu yaitu September 2016 yang tercatat sebesar
27,76 juta orang.
Ia menambahkan jumlah penduduk miskin di kota selama periode
Maret-September 2017 turun sebesar 401,28 ribu orang, dari sebelumnya
10,67 juta orang menjadi 10,27 juta orang.
Sementara itu, jumlah penduduk miskin di desa pada periode ini ikut
turun sebanyak 786,95 ribu orang, dari sebelumnya 17,10 juta orang
menjadi 16,31 juta orang.
Ia menjelaskan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan
selama periode Maret-September 2017 salah satunya adalah inflasi umum
yang relatif rendah yaitu 1,45 persen.
Selain itu, rata-rata upah nominal buruh tani per tani pada
September 2017 naik sebesar 1,5 persen dibandingkan Maret 2017, dari
Rp49.473 menjadi Rp50.213.
"Sejalan dengan itu, upah riil buruh tani per hari pada September
2017 naik sebesar 1,05 persen dibandingkan Maret 2017, yaitu dari
Rp37.318 menjadi Rp37.711," ujar Suhariyanto.
Dalam periode yang sama, upah nominal buruh bangunan per hari pada
September 2017 naik sebesar 0,78 persen dibandingkan Maret 2017 yaitu
dari Rp83.724 menjadi Rp84.378.
"Namun, upah riil buruh bangunan per hari pada September 2017 turun
0,66 persen dibandingkan Maret 2017, yaitu dari Rp65.297 menjadi
Rp64.867. Ini perlu menjadi catatan," tambah Suhariyanto.
Suhariyanto mengatakan harga komoditas pokok yang terkendali dalam
periode ini ikut menekan laju kenaikan garis kemiskinan serta membantu
daya beli masyarakat.
Jenis komoditas makanan yang berpengaruh terhadap garis kemiskinan
di kota maupun desa adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi,
telur ayam ras, mie instan dan gula pasir.
Sedangkan komoditas nonmakanan yang berpengaruh terhadap garis
kemiskinan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan dan
perlengkapan miskin.
Berdasarkan data Susenas September 2017, penyaluran beras sejahtera
(rastra) yang diterima oleh 30 persen rumah tangga juga ikut membantu
penurunan tingkat kemiskinan.
Persentase penduduk miskin terbesar masih berada di wilayah Maluku
dan Papua yaitu 21,23 persen, namun jumlah penduduk miskin terbanyak
terjadi di Jawa yaitu 13,94 juta orang.
Secara keseluruhan, tingkat kemiskinan sejak periode 1999 hingga
September 2017 di Indonesia terus mengalami penurunan dari sisi jumlah
maupun persentase.
Pada 1999 jumlah penduduk miskin sempat tercatat mencapai 47,97
juta orang atau sekitar 23,43 persen dari jumlah penduduk di Indonesia.
Pengecualian terjadi pada 2006, September 2013 dan Maret 2015 yang
dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai dampak dari
kenaikan harga bahan bakar minyak. (WDY)
BPS: Jumlah penduduk miskin Indonesia 26,58 juta orang
Selasa, 2 Januari 2018 14:59 WIB