Denpasar (Antara Bali) - Penduduk miskin di Bali hingga bulan September 2016 mencapai 174.940 orang (4,15 persen dari jumlah penduduk), sehingga jumlahnya berkurang 3.240 orang dibandingkan dengan jumlah bulan Maret 2016 yang mencapai 178.180 orang (4,25 persen).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Rabu, mengatakan jumlah penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan untuk daerah perkotaan maupun pedesaan di Pulau Dewata mengalami penurunan.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan di Bali pada Maret 2016 sebesar 3,68 persen, turun menjadi 3,53 persen pada September 2016. Demikian pula persentase penduduk miskin di daerah pedesaan berkurang dari 5,23 persen pada Maret 2016 menjadi 5,21 persen pada September 2016.
Adi Nugroho menambahkan, komoditas makanan berperan jauh lebih besar terhadap pembentukan garis kemiskinan dibandingkan dengan komoditas bukan makanan.
Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada September 2016 tercatat sebesar 68,94 persen, sedikit mengalami penurunan dari Maret 2016 yang tercatat sebesar 69,15 persen.
Adi Nugroho menjelaskan sumbangan garis kemiskinan non-makanan pada September 2016 sebesar 31,06 persen, meningkat dibandingkan kondisi Maret 2016 yang tercatat sebesar 30,85 persen.
Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di perkotaan di antaranya beras, daging babi, rokok, daging ayam ras, bawang merah, kopi bubuk, pisang, kue basah dan susu bubuk.
Sementara di daerah pedesaan adalah beras, daging babi, rokok, daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, kopi bubuk, gula pasir, cabai rawit dan kue basah.
Komoditas bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di perkotaan antara lain perumahan, upacara agama, adat, bensin, listrik dan pendidikan.
"Untuk di pedesaan adalah perumahan, upacara agama, adat, bensin, kayu bakar dan pendidikan," ujar ujar Adi Nugroho. (WDY)