Denpasar (Antara Bali) - Puluhan wisatawan mancanegara kagum saat menyaksikan pementasan kesenian gambuh anak-anak dari sekaa (grup) Gambuh Parbha Jnana Banjar Saren, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, di Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-33, Rabu.
Wisatawan mancanegara (wisman) tampak terpesona dengan gerak tarian yang dibawakan oleh anak-anak tersebut, sembari mengabadikannya dengan kamera foto maupun videonya.
Dengan tarian serta lelucon kocak para penari cilik tersebut, para penonton tertawa. Walaupun wisatawan yang menyaksikan pementasan kesenian itu tidak mengerti kata-kata yang diucapkan oleh para seniman, namun dengan tingkah polahnya membuat penonton tertawa.
Miyoko Sakura, wisatawan asal Jepang, mengaku kagum dengan kepiawaian anak-anak tersebut memainkan sebuah pergelaran kesenian yang biasanya dipertunjukkan oleh seniman dewasa.
"Saya kagum dan senang dengan seniman cilik itu. Gerak-geriknya itu yang saya bikin ketawa. Walau saya sama sekali tidak mengerti dengan lakon yang dibawakan," katanya.
Ia mengatakan, masyarakat Bali sangat menghormati dan melestarikan seni budaya yang telah diwariskan oleh para leluhurnya.
"Ini penampilan luar biasa yang sangat jarang saya saksikan. masih anak-anak sudah bisa memerankan layaknya orang dewasa," ucap Miyoko.
Penata tari Sekaa Gambuh Parbha Jnana I Kadek Mangku Susena mengatakan, untuk pementasan kesenian ini telah dipersiapkan sekitar dua bulan lalu.
"Untuk tampil di ajang PKB kami sudah mempersiapkan sejak dua bulan lalu. Sebenarnya untuk latihan berbagai macam tari dilakukan secara rutin setiap minggunya. Tetapi untuk pentas kali ini persiapannya lebih dimatangkan lagi," katanya.
Ia menyebutkan, dalam pementasan kesenian gambuh melibatkan penari sebanyak 23 orang dan penabuh gamelan 13 orang.
"Untuk memadukan antara tarian dengan gamelan supaya kompak, latihannya secara khusus kami lakukan di Puri Karangasem. Itu kami lakukan setiap minggu," ucap Kadek Mangku yang juga seniman serba bisa ini.
Sementara I Ketut Suarjana, penata tabuh kesenian gambuh mengatakan, gamelan yang mengiringi kesenian ini tidak selengkap pementasan tarian-tarian lainnya.
"Tabuh yang mengiringi adalah seperangkat gamelan klasik pegambuhan yang berlaras pelog saih pitu," ucapnya.
Ia menjelaskan, kesenian gambuh ini tergolong klasik dan langka, karena kesenian ini sudah ada berabad-abad. Bahkan keberadaannya juga mulai langka, sebab anak muda yang mementaskan tari klasik inisemakin sedikit.
"Namun dengan keberadaan sanggar ini, kesenian langka ini akan diminati oleh generasi muda. Dan kami akan berupaya melestarikan kesenian yang satu ini," ujar Suarjana.
Menyinggung pementasan kesenian gambuh itu, kata dia, biasanya pementasan dalam upacara-upacara "Dewa Yadnya" seperti piodalan di pura.
Selain itu, kata dia, pementasan juga pada upacara "Manusa Yadnya" seperti perkawinan keluarga bangsawan, upacara "Pitra Yadnya" (ngaben) dan sebagainya.
Menurutnya, kesenian gambuh adalah tarian dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan merupakan dramatari klasik Pulau Dewata yang paling kaya akan gerak-gerak tari, sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali.
Diperkirakan gambuh ini muncul sekitar abad XV yang lakonnya bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk total teater karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama dan tari, seni rupa dan seni sastra.
Puluhan Wisman Kagum Saksikan Kesenian Gambuh
Rabu, 29 Juni 2011 14:48 WIB