Singaraja (Antara Bali) - Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Buleleng, Bali mengakui minimnya anggaran menjadi kendala dalam merealisasikan program yang dapat dilaksanakan di masyarakat.
Ketua BNNK Buleleng, I Nyoman Sutjidra, di Singaraja, Selasa, mengatakan, mengantisipasi kurangnya anggaran, BNNK kini fokus melakukan sosialisasi pencegahan narkoba bersinergi dengan program HIV/AIDS ke sekolah-sekolah di wilayah itu.
"Jadi kita ada di sana. Juga dengan melakukan inspeksi mendadak (sidak) malam dengan pihak kepolisian. Yang hampir setiap minggu kami laksanakan," tutur dia.
Sutjidra yang juga Wakil Bupati Buleleng tersebut juga mengungkapkan, pihaknya tidak memungkiri Buleleng menjadi salah satu incaran peredaran narkoba dengan jumlah pecandu dan pengedar cukup besar.
Hal tersebut menurutnya bukan hanya karena besarnya jumlah penduduk dan luasnya wilayah semata, tetapi juga banyaknya jumlah jalur-jalur tikus yang sering dimanfaatkan jaringan pengedar untuk masuk ke Buleleng.
Pihaknya pun mengakui kedepan menyusun program-program pemberantasan narkoba bekerja sama dengan pihak Satuan Reserse Narkoba Polres Buleleng.
"Kerja sama dengan pihak kepolisian merupakan hal penting dan kami sudah jalankan itu dengan cukup baik," papar dia.
Sebelumnya, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan Pulau Dewata sudah masuk dalam kategori darurat narkotika, dengan angka penyalahgunaannya pada 2016 mencapai 2,02 persen atau sebanyak 62.457 orang.
Angka penyalahgunaan narkotika di Bali juga terus meningkat. Pada 2015 penyalahgunaan narkotika mencapai 2,01 persen dari penduduk Bali atau sebanyak 61.353. Pada 2016 meningkat menjadi 2,02 persen atau sebanyak 62.457 orang.
Di sisi lain, dia melihat sejauh ini Badan Narkotika Nasional Provinsi setempat membutuhkan bantuan dan dukungan untuk memerangi kasus penyalahgunaan narkotika sehingga Pemprov Bali berinisiatif menyusun Ranperda tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika. (WDY)