Denpasar (Antara Bali) - Bali mengimpor mesin dan alat produksi sebesar 58,92 juta dolar AS selama Januari hingga Juni 2017, atau turun 15,93 juta dolar AS (21,29 persen dari nilai impor periode sama 2016 sebesar 74,86 juta dolar AS).
"Berbagai jenis mesin dan alat produksi itu mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat serta menggerakkan pertumbuhan ekonomi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Demikian pula, lanjut dia, mengimpor barang produksi untuk diolah kembali menjadi aneka jenis komoditas maupun cendera mata yang siap diekspor ke luar negeri yang mampu memberikan nilai ekonomis jauh lebih besar bagi usaha bisnis yang digeluti masyarakat.
Impor Bali pada bulan Juni 2017 tercatat 20,367 juta dolar AS, meningkat 12,188 juta dolar AS atau 149,02 persen dibanding keadaan Juni 2016 tercatat 8,179 juta dolar AS.
"Impor tersebut dibandingkan dengan bulan sebelumnya meningkat 9,533 juta dolar AS atau 87,99 persen karena nilai impor pada bulan Mei 2017 tercatat 10.838 juta dolar AS," ujar Adi Nugroho.
Adi Nugroho menyebutikan lima komoditas utama dari luar negeri meliputi produk bahan bakar mineral 41 persen, produk barang-barang dari kulit 8,27 persen, serta produk lonceng, arloji, dan bagiannya 8,16 persen.
Selain itu, juga mengimpor produk mesin dan perlengkapan 7,47 persen serta produk mesin dan peralatan listrik 7,29 persen.
Berbagai jenis komoditas itu paling banyak didatangkan dari Singapura yang mencapai 44,43 persen, menyusul Hong Kong 19,49 persen, Cina 15,12 persen, Amerika Serikat 5,51 persen, dan Thailand 2,47 persen.
"Nilai impor Bali tersebut jauh lebih kecil daripada devisa yang dikantongi Bali dari ekspor berbagai jenis komoditas yang mencapai 265,246 juta dolar AS selama 6 bulan (Januari s.d. Juni 2017). Khusus pada bulan Juni, nilai ekspor Bali mencapai 38,126 juta dolar AS," ujar Adi Nugroho. (WDY)