London (Antara Bali) - Indonesia telah lama prihatin terhadap tindak
pencurian ikan yang semakin marak di dunia dan terus memperjuangkan
berbagai kesepakatan dalam pencegahan terhadap kejahatan transnasional
yang sangat merugikan negara dengan wilayah laut kaya ikan.
Wakil Tetap RI untuk PBB di Wina, Dubes Dr. Darmansjah Djumala,
menyatakan praktek kejahatan pencurian perikanan mengurangi stok ikan
dunia sekitar 90,1 persen.
Koordinator Fungsi Politik KBRI/PTRI Wina, Zaim A. Nasution kepada
Antara London, Minggu menyebutkan, Dubes Dr. Darmansjah Djumala terus
menyuarakan upaya pencegahan kejahatan perikanan di dalam forum PBB.
Ia mengatakan, jika kejahatan pencurian perikanan dapat ditekan,
maka tingkat ekploitasi ikan di Indonesia akan mengalami penurunan, yang
pada akhirnya memungkinkan Indonesia meningkatkan stok ikan nasional
dan pada gilirannya dapat meningkatkan ekspor.
Hal ini merupakan bentuk pengejawantahan visi nasional untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, ujarnya.
Kejahatan perikanan berkembang menjadi kejahatan transnasional yang sangat serius dan terorganisir.
Banyak pihak yang melakukan kejahatan pencurian ikan terlibat juga
dalam aktifitas kejahatan transnasional terorganisir lainnya seperti
pencucian uang, suap, penyelundupan obat-obatan terlarang (narkoba),
penyeludupan senjata, perdagangan orang, kerja paksa, kejahatan
perpajakan, penyelundupan barang, dan sebagainya.
Memerangi kejahatan transnasional yang terorganisasir tentunya
perlu dilaksanakan melalui kerja sama antar negara. Oleh karena itu
Indonesia memandang perlu perjuangkan isu ini ke tingkat dunia, utamanya
melalui PBB, lanjut Djumala.
"Kita memanfaatkan momentum Sidang CCPCJ (Commission on Crime
Prevention and Criminal Justice) ke-26 (22-26 Mei 2017) untuk menyerukan
PBB dan masyarakat internasional perlu memberikan perhatian lebih
serius terhadap fenomena global kejahatan perikanan," katanya.
Indonesia berhasil memperoleh dukungan negara-negara friends of fisheries, yakni
negara-negara yang memiliki laut yang luas dan legitimate rights untuk
mengelola sumber daya lautnya, untuk menyampaikan pernyataan bersama
meminta PBB mengedepankan pembahasan isu ini.
Friends of fisheries merupakan kelompok negara (lintas
wilayah) yang menaruh keprihatinan terhadap maraknya kejahatan
perikanan, seperti Indonesia, Norwegia, Kosta Rika, Ekuador.
Pada kesempatan tersebut Ketua Delegasi Indonesia Hakim Agung Dr. Salman Luthan, menyampaikan pernyataan bersama negara friends of fisheries menegaskan
pentingnya masyarakat internasional memberikan perhatian terhadap
kejahatan transnasional terorganisir di bidang perikanan. (WDY)
Indonesia Perjuangkan Pencegahan Kejahatan Perikanan di PBB
Minggu, 28 Mei 2017 11:17 WIB