Kegigihan Raden Ajeng Kartini memperjuangkan emansipasi wanita pada zamannya menjadi inspirasi banyak wanita di Indonesia. Banyak dari mereka kini menduduki jabatan-jabatan "mentereng" dari tingkat pusat dan daerah di republik ini.
Salah satu penerus jejak Kartini yang memiliki jabatan "komandan" di tengah-tengah para pria adalah Dra Made Cantiari MSi. Sosok wanita tangguh kelahiran Kota Singaraja 13 Agustus 1963 itu merupakan komandan Korp Resimen Mahasiswa (Menwa) Kabupaten Buleleng, Bali untuk periode 2015-2020.
Cantiari sudah dikenal aktif menjadi Ketua Korps Menwa di Pulau Dewata sejak pertama kali berdiri. Tegas dan terkesan lugas di kalangan umum adalah "senjata utama"-nya dalam memimpin organisasi Menwa di kabupaten ujung Utara Pulau Dewata tersebut.
Ia tidak pernah mendapatkan kendala berarti ketika memimpin Korp Menwa yang mengharuskannya berhadapan dengan kaum pria.
"Semua sama. Jadi pemimpin merupakan hal biasa bagi saya. Tidak ada kendala juga di Menwa. Semua menghargai saya sebagai komandan. Prinsip kami di Menwa atasan harus mendapatkan penghormatan. Itu juga berlaku bagi saya," terangnya.
Fakta di lapangan memang minim kaum wanita mengikuti Resimen mahasiswa (Menwa), khususnya di Bali. Organisasi kemahasiswaan yang dibentuk untuk melatih kedisiplinan dan ketegasan generasi muda dalam kancah perguruan tinggi itu tampaknya lebih relevan bagi kaum pria, tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi Cantiari.
"Menwa adalah salah satu kekuatan sipil yang dilatih dan dipersiapkan untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai perwujudan sistem pertahanan dan keamanan. Menwa juga merupakan salah satu komponen warga negara yang mendapat pelatihan militer. Jadi memang agak aneh kalau perempuan ikut itu (Menwa). Tapi tidak berlaku bagi saya," kata dia.
Istri dari Nyoman Agus Jaya Sumpena itu mengenal Menwa sejak 1981 dan kemudian pada 1985 pernah bertugas di Timor-Timur. Saat itu dia melaksanakan agenda dari Menteri Peranan Wanita pada zaman itu.
"Saya diberi kepercayaan bertugas mewakili Bali ketika masih menjadi mahasiswa. Di sana memperoleh penghargaan dan diperkenankan memberi latihan bela negara antar-pemuda di seluruh Indonesia," ujar Cantiari.
Kiprah Cantiari dalam Korp Menwa di Bali sudah cukup luas. Pengalaman sudah melanglang buana membuatnya kaya pengalaman dan ditularkan kepada ribuan anak muda dan mahasiswa di Buleleng.
Dia menilai peran perempuan di rumah tangga tidak hanya mengurusi urusan dapur. Perempuan dalam pandangannya harus berkarya dan menjadi inspirasi anak-anaknya. Bagi perempuan yang lahir dari keluarga veteran tentara itu, tanggung jawab moril dalam pendidikan karakter kepada anak-anak di Buleleng merupakan tanggung jawab seorang ibu sebagai "guru pertama" bagi anak.
Dalam kesehariannya, ibu dari empat anak itu kini bekerja sebagai guru Bimbingan Konseling di SMPN 3 Singaraja. Karier sebagai guru konseling pun cukup mentereng, karena ia sering mendapatkan penghargaan sebagai guru teladan di daerah itu.
Selain aktif sebagai komandan Menwa, Cantiari juga mengikuti sejumlah organisasi seperti Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Buleleng, Kesatuan Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Pramuka, LSM Peduli Anak, dan beragam keaktifan organisasi lain.
Tidak hanya itu, lulusan program magister ilmu budaya Universitas Hindu Indonesia itu kini terus berkeliling dalam berbagai forum untuk menginspirasi banyak wanita di daerah itu untuk bangkit dan sejajar dengan pria.
Jangan Gender Kebablasan
Selama memimpin Korp Menwa Ugrasena Kabupaten Buleleng, Made Cantiari terus berperan aktif melaksanakan kegiatan bela negara di kalangan generasi muda, utamanya kalangan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Cantiari mencatat lebih dari 2.000 orang telah mengikuti kegiatan bela negara yang berasal dari sejumlah SMP dan SMA di Buleleng sejak 2016.
"Sampai saat ini kami mencatat program bela negara mencapai 2.000 peserta. Saya yakin tahun ini bisa mencapai 2.000 peserta, bahkan saya memiliki tekad untuk mencapai 5.000 peserta," katanya.
Menurut dia, pendidikan bela negara merupakan suatu terobosan baru pemerintah untuk menanamkan nilai kecintaan terhadap Tanah Air dan bangsa di tengah merosotnya nilai-nilai moral dan karakter generasi muda saat ini.
"Beberapa materi yang akan diberikan dalam pendidikan bela negara di sekolah seperti Pendidikan Pancasila, wawasan kebangsaan, bela negara, disiplin perang militer, tata tertib, pertolongan pertama di lapangan, manajemen bencana lapangan dan psikologi lapangan dan pendidikan kepemimpinan," kata dia.
Pihaknya mengungkapkan dari semua materi yang akan diberikan sangat mendidik para generasi muda untuk menciptakan nilai kecintaan pada Tanah Air yang saat ini mulai berkurang pada generasi muda kita. "Ada sebelas janji yang sangat luar biasa dan yang paling penting mereka bisa mengerti dan menghayati arti dari Pancasila itu sendiri," katanya.
Wanita yang memiliki hobi membaca ini berharap wanita di masa kini berperan aktif dalam berbagai organisasi dan institusi dengan meneladani perjuangan RA Kartini.
"Wanita di Indonesia harus memiliki semangat perubahan melalui revolusi mental. Kaum wanita harus mampu memberi pendidikan kepada anak-anaknya dengan cermat dan menginspirasi kemajuan muda-muda di lingkungannya," pungkasnya.
Dalam pandangannya, wanita harus mampu meningkatkan prestasi dan kualitas diri untuk bersaing dengan laki-laki sehingga seorang perempuan memiliki harga diri.
"Jika seorang perempuan sudah memiliki harga diri maka dapat dipandang sejajar dengan laki-laki," katanya.
Namun, seorang perempuan Bali, kata dia, tidak dapat terlepas dari yang namanya patrilineal (purusa) bahwa dalam suatu keluarga kaum perempuan memiliki satu nakhoda yaitu laki-laki sehingga berjalan harmonis.
Seorang perempuan harus mampu menempatkan diri dan cerdas sehingga tahu batas-batas dari kesetaraan gender tersebut. Ketika perempuan memiliki karir yang bagus, jangan sampai melupakan kedudukannya sebagai seorang istri maupun ibu dari anak-anaknya.
"Jangan sampai perempuan kebablasan. Itu artinya melupakan peran sebagai istri pendamping suami," ungkap wanita pemenang Keluarga Sukinah Provinsi Bali tersebut.
Di mata Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Buleleng, Ketut Simpen, menilai Cantiari memang sosok yang tegas, lugas, dan cekatan. Setiap tugas yang diberikan kepadanya selalu diselesaikan dengan cepat tanpa kendala dan masalah berarti.
"Ibu Cantiari memang sosok bertanggung jawab dalam tugas. Setiap kegiatan yang beliau pimpin di organisasi kami selalu berjalan baik. Kebetulan, beliau adalah ketua bidang organisasi di WHDI yang berperan membantu dalam mendidik anggota baru WHDI, terutama visi dan misi WHDI," ujar teman Cantiari di WHDI itu. (WDY)
Cantiari, Kartini Yang Jadi "Komandan" Kaum Pria
Minggu, 23 April 2017 20:44 WIB
Menwa adalah salah satu kekuatan sipil yang dilatih dan dipersiapkan untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai perwujudan sistem pertahanan dan keamanan. Menwa juga merupakan salah satu komponen warga negara yang mendapat