Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menggelar dialog mengenai Kain Endek dan Sejarah Bali, dengan menampilkan dua pembicara.
Kedua pembicara Drs. Tjok Gde Abinanda S.M.Sn dosen Jurusan Desain Fashion Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dan Dra A.A.A. Rai Wahyuni,M.Si dosen Jurusan Sejarah Universitas Udayana, kata penata acara tersebut Juwitta K Lasut di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, dialog tersebut merupakan rangkaian pameran wastra yang menyuguhkan kekayaan dan keindahan kain-kain dari penjuru nusantara berlangsung selama seminggu,25 Februari hingga 3 Maret 2017.
Drs. Tjok Gde Abinanda S.M.Sn selain sebagai dosen ISI Denpasar juga seorang desainer Bali yang karya-karyanya telah diakui di kancah nasional maupun internasional.
Sebagai desainer, ia dikenal konsisten mengeksplorasi warna poleng dalam setiap karya rancangannya. Pria kelahiran 13 Januari 1968 atau 49 tahun silam itu merupakan lulusan S1 Ekonomi Management Universitas Trisakti Jakarta, serta sempat menempuh pendidikan Fashion Design Cavendish College London England.
Setelah itu menyelesaikan S2 di Pasca Sarjana ISI Denpasar. Tahun 2002 masuk dalam "The Best Ten Selected Indonesian Designer by FTV Paris on Bali Fashion Week ke-3". Pada tahun yang sama (2002), Tjok Abi mendirikan de Galuh Boutique.
Ia telah menjadi Dosen di ISI Denpasar sedari tahun 2012. Dalam dialog Bali "Tempo Doeloe
#15" kali ini memaparkan mengenai proses produksi karya-karya rancangan yang dikreasikan dengan kain Endek, perkembangan endek masa kini dalam perspektif mode, berikut tantangan dan peluang tenun ikat asli Bali di masa mendatang.
Sementara itu, Dra A.A.A. Rai Wahyuni, M.Si yang juga Ketua Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Udayana, akan mengulas perihal sejarah endek yang diyakini telah ada sejak abad XVIII, berikut motif-motif khasnya, hingga perkembangan endek masa kini dalam perspektif mode, kebudayaan dan sosial.
Wanita kelahiran Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) 17 Mei 1962 atau 55 tahun yang silam itu telah menyusun karya tulis yang berjudul 'Sejarah Bali dalam Konteks Kolonial'. Tulisan ini diterbitkan oleh Kemenbudpar RI dan Pusat Kajian Bali Unud tahun 2010. Saat ini ia juga aktif sebagai anggota Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Bali.
Bali Tempo Doeloe adalah sebuah agenda yang memutar seri-seri dokumenter tentang Bali Tempo Doeloe, dipadukan dengan diskusi bersama para pengamat dan pemerhati budaya, dalam memaknai perubahan kondisi Bali dari masa ke masa.
Dialog berkala dan berkelanjutan yang telah digelar sejak 2013 itu mengetengahkan sisi eksotika dari Bali masa silam, serta menyoroti problematik yang menyertai pulau Bali, termasuk kemungkinan refleksinya bagi masa depan.
Beberapa tematik yang pernah dihadirkan dalam program tersebut antara lain "Denpasar Dalam Tantangan Zaman", "THE GODS OF BALI: Antara Ritual Sakral dan Pertunjukan Profan", "Gema Gamelan Bali ke Masa Depan", "Citra Dalam Sinema", "Rudolf Bonnet dan Arie Smit". (WDY)