Denpasar (Antara Bali) - Seorang Pengamat Pariwisata Made Sudana mengingatkan, jadikanlah Indonesia yang aman dan nyaman bagi masyarakat setempat maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung ke negeri ini, sehingga mampu berliburan sambil menikmati keindahan dan seni budaya daerah yang beragam.
"Menciptakan kondisi aman dan nyaman mudah diucapkan, tetapi dalam prakteknya sangat sulit, kecuali seluruh masyarakat dan semua pihak yang berkempentingan memiliki satu tekad untuk menciptakan negeri ini aman," kata pengamat Pariwisata Made Sudana di Denpasar, Sabtu.
Ia yang juga praktisi parwisata itu merujuk pada ungkapan Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Soegeng Rajardjo yang mengatakan promosi Indonesia dapat dilakukan secara simultan, yakni di dalam dan luar negeri.
"Perilaku kita di dalam negeri, juga salah satu bentuk sederhana dari promosi kepada turis yang tengah berlibur di Indonesia. Buatlah Indonesia aman dan nyaman bagi turis yang datang," katanya.
Tidak seperti kondisi yang ada belakangan ini, sedikit permasalahan yang muncul ke permukaan, semua bikin demo, peserta ada yang sampai merusak sarana dan prasarana umum, kondisi itu sangat menakutkan bagi pelancong ke Indonesia.
Made Sudana mengaku bersyukur di Bali, masyarakatnya memiliki pengertian yang sangat tinggi, kegiatan demo hingga merusak tidak terlalu dirasakan, karena kebanyakan masyarakat menyadari pentingnya arti dunia pariwisata yang menjadi penggerak perekonomian masyarakat setempat.
Promosi pariwisata memang perlu ditingkatkan untuk memberikan pengenalan tentang keindahan alam dan seni budaya yang beraneka ragam di Nusantara kepada dunia internasional, termasuk di Bali sendiri masih perlu meningkatkan program promosi.
Wisatawan mancanegara yang datang berlibur ke Bali dirasa meningkat terus bahkan pada tahun terakhir ini (2016) bertambah hingga 22,55 persen menjadi 4.904.175 orang, jika dibandingkan periode tahun 2015 hanya
tercatat 4.001.835 orang.
Menyinggung masalah turis asing asal Tiongkok yang datang ke Bali sudah ada peningkatan yang berarti hanya saja jika dibandingkan jumlah masyarakat negeri Panda tersebut melakukan perjalanan wisata selama setahun hingga 100 juta, maka yang ke Bali sangat kecil, ucap Made Sudana.
Ia mengatakan, pemerintah di samping melakukan promosi lebih gencar juga perlu diperhatikan masalah jembatan udara, dimana pengusaha penerbangan antarbangsa supaya diperbanyak armadanya ke Indonesia
termasuk ke Pulau Dewata.
Bagaimana calon wisatawan berminat datang berlibur ke Indonesia termasuk Bali, kalau penerbangan saja belum ada, kata Sudana dengan nada tanya, oleh sebab itu pemerintah hendaknya mampu memperbanyak volume penerbangan ke tanah air. (WDY)