Denpasar (Antara Bali) - Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Bali sebesar 107,06 persen pada bulan November 2016, lebih tinggi dari angka nasional pada bulan yang sama tercatat 101,31 pesen.
"NTP Bali maupun NTP tingkat nasional sama-sama mengalami penurunan, namun angka NTP Bali tercatat lebih besar dari angka nasional," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, NTP Bali menurun sebesar 0,06 persen dari 107,13 persen pada bulan Oktober 2016 menjadi 107,06 persen pada bulan November 2016.
Sedangkan NTP tingkat nasional pada bulan November 2016 mencapai 101,31 persen merosot sebesar 0,40 persen terhadap bulan sebelumnya yang tercatat 101,71 persen.
Adi Nugroho menambahkan, dari sisi indeks yang diterima petani (lt) mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen dari 130,51 persen pada bulan Oktober 2016 menjadi 130,96 persen pada bulan November 2016.
Sedangkan dari sisi indeks yang dibayar petani (lb) juga tercatat meningkat sebesar 0,40 persen dari 121,83 persen menjadi 122,32 persen.
Adi Nugroho menjelaskan, dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali, dua di antaranya mengalami penurunan dan tiga subsektor mengalami kenaikan.
Kedua subsektor yang mengalami penurunan terdiri atas subsektor tanaman pangan sebesar 0,37 persen dan subsektor peternakan 0,80 persen.
Sementara tiga subsektor lainnya yang mengalami kenaikan meliputi subsektor hortikultura 0,20 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,06 persen dan subsektor perikanan 0,38 persen.
Adi Nugroho menambahkan, NTP mampu menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk biaya produk pertanian.
Nilai tukar petani diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, semakin tinggi NTP dan semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani.
NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga. Selain itu menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di daerah pedesaan, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"NTP Bali maupun NTP tingkat nasional sama-sama mengalami penurunan, namun angka NTP Bali tercatat lebih besar dari angka nasional," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, NTP Bali menurun sebesar 0,06 persen dari 107,13 persen pada bulan Oktober 2016 menjadi 107,06 persen pada bulan November 2016.
Sedangkan NTP tingkat nasional pada bulan November 2016 mencapai 101,31 persen merosot sebesar 0,40 persen terhadap bulan sebelumnya yang tercatat 101,71 persen.
Adi Nugroho menambahkan, dari sisi indeks yang diterima petani (lt) mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen dari 130,51 persen pada bulan Oktober 2016 menjadi 130,96 persen pada bulan November 2016.
Sedangkan dari sisi indeks yang dibayar petani (lb) juga tercatat meningkat sebesar 0,40 persen dari 121,83 persen menjadi 122,32 persen.
Adi Nugroho menjelaskan, dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali, dua di antaranya mengalami penurunan dan tiga subsektor mengalami kenaikan.
Kedua subsektor yang mengalami penurunan terdiri atas subsektor tanaman pangan sebesar 0,37 persen dan subsektor peternakan 0,80 persen.
Sementara tiga subsektor lainnya yang mengalami kenaikan meliputi subsektor hortikultura 0,20 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,06 persen dan subsektor perikanan 0,38 persen.
Adi Nugroho menambahkan, NTP mampu menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk biaya produk pertanian.
Nilai tukar petani diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, semakin tinggi NTP dan semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani.
NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga. Selain itu menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di daerah pedesaan, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016