Denpasar (Antara Bali) - Subsektor hortikultura (NTP-H) dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Bali sebesar 106,05 persen pada bulan Oktober 2016, menurun 0,56 persen dibanding bulan sebelumnya tercatat 106,64 persen.
"Menurunnya NTP tersebut dipicu oleh indeks yang diterima petani (lt) merosot sebesar 0,74 persen dan indeks harga yang harus dibayar petani (lb) juga turun sebesar 0,18 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, menurunnya indeks diterima petani dipengaruhi merosotnya harga pada semua kelompok komoditas, kecuali sayur mayur tercatat mengalami kenaikan 1,03 persen.
Kelompok lainnya mengalami penurunan meliputi buah-buahan sebesar 1,62 persen dan tanaman obat 2,54 persen.
Adi Nugroho menambahkan, beberapa komoditas yang memberikan andil terhadap turunya indeks diterima petani meliputi salak, jeruk, pisang dan kol (kubis).
Sementara itu, penurunan yang terjadi pada indeks harga yang harus dibayar petani akibat merosotnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,31 persen, meskipun tercatat mengalami kenaikan pada indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,22 persen.
Adi Nugroho menjelaskan, subsektor hortikultura merupakan satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas dua subsektor mengalami kenaikan dan tiga subsektor mengalami penurunan.
Ketiga subsektor yang mengalami penurunan selain subsektor hortikultura juga tanaman perkebunan rakyat 0,27 persen dan peternakan 0,74 persen,
Sedangkan kedua subsektor yang mengalami kenaikan meliputi subsektor tanaman pangan 0,65 persen dan subsektor perikanan 1,04 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
Hortikultura Bentuk NTP Bali Turun 0,56 Persen
Minggu, 6 November 2016 11:50 WIB