Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng, Bali menanam sebanyak 300 pohon di daerah Bendungan Tamblang, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Senin, untuk memperingati Hari Air Dunia.
Acara yang dipantau secara virtual oleh Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) itu dihadiri Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra.
Di sela penanaman pohon itu, Wabup Buleleng mengatakan setiap infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah pusat dilakukan penghijauan pada Hari Air Dunia, termasuk Bendungan Tamblang.
"Tiga ratus pohon yang ditanam merupakan pohon produktif seperti mangga, durian dan manggis, dengan tinggi mencapai satu meter," katanya.
Sutjidra berharap, dengan penanaman pohon ini, maka konservasi air, khususnya di Bendungan Tamblang, bisa terjaga, bisa menghindari adanya sedimentasi, sehingga kualitas air bisa terjaga.
Bendungan Tamblang juga diharapkan oleh seluruh masyarakat Buleleng sebagai sarana penyediaan air baku. Khususnya kebutuhan air pada kecamatan yang ada di wilayah timur bisa terpenuhi.
Baca juga: Pemkab Buleleng siapkan Rp625 juta untuk perbaikan ruas jalan Sekumpul-Buleleng
"Hari Air Dunia juga dijadikan momentum untuk menjaga lingkungan dan ketersediaan air. Dengan konsep kita di Bali yaitu Tri Hita Karana. Saat penanaman ini kita menjaga hubungan dengan alam. Kita jaga air dengan menanam pohon sehingga mencukupi untuk kehidupan," ucap Sutjidra.
Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida Maryadi Utama yang juga turut hadir secara langsung menyebutkan ketersediaan sumber daya air di Provinsi Bali sudah sangat bagus. Tinggal mengelola saja karena Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada masih bagus, sehingga dapat menampung dan menyerap air sangat optimal.
"Dapat dilihat pada daerah lain dalam beberapa bulan terakhir, mengalami bencana seperti di Pulau Jawa dan Sumatera. Namun, di Bali tidak terlalu signifikan," katanya.
Artinya, kata Maryadi, bahwa DAS yang ada di Bali sangat bagus dan menampung air sebanyak-banyaknya. Ini menjadi aset yang sangat berharga bagi Provinsi Bali. "Hanya tinggal mengelolanya saja. BWS Bali Penida sebagai kepanjangan tangan Kementerian PUPR akan mengelolanya semaksimal mungkin," ujarnya.
"Kami tetap akan melakukan pengelolaan dengan pola struktur dan non struktur. Struktur berarti kita membuat beberapa bendungan dan tampungan di Provinsi Bali. Non struktur adalah pembinaan terhadap komunitas peduli sungai dan masyarakat sebagai ujung tombak di lapangan," katanya.
Baca juga: Mantan Sekda Buleleng kembalikan uang sewa rumah jabatan
Untuk pembangunan Bendungan Tamblang, menurut Maryadi, saat ini sudah mencapai 38 persen. Diharapkan, akhir tahun 2023, Bendungan Tamblang bisa terisi dan dapat dimanfaatkan. Air baku yang dihasilkan oleh Bendungan Tamblang ini adalah 510 liter per detik.
"Proses pembangunan sendiri berjalan lancar dan tidak terjadi hambatan berarti karena proses pembebasan lahan sudah selesai semua. Tinggal kita melanjutkan saja. Untuk saat ini proses pembangunan bendungan sudah deviasi 2,1 persen," kata Maryadi Utama.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Acara yang dipantau secara virtual oleh Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) itu dihadiri Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra.
Di sela penanaman pohon itu, Wabup Buleleng mengatakan setiap infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah pusat dilakukan penghijauan pada Hari Air Dunia, termasuk Bendungan Tamblang.
"Tiga ratus pohon yang ditanam merupakan pohon produktif seperti mangga, durian dan manggis, dengan tinggi mencapai satu meter," katanya.
Sutjidra berharap, dengan penanaman pohon ini, maka konservasi air, khususnya di Bendungan Tamblang, bisa terjaga, bisa menghindari adanya sedimentasi, sehingga kualitas air bisa terjaga.
Bendungan Tamblang juga diharapkan oleh seluruh masyarakat Buleleng sebagai sarana penyediaan air baku. Khususnya kebutuhan air pada kecamatan yang ada di wilayah timur bisa terpenuhi.
Baca juga: Pemkab Buleleng siapkan Rp625 juta untuk perbaikan ruas jalan Sekumpul-Buleleng
"Hari Air Dunia juga dijadikan momentum untuk menjaga lingkungan dan ketersediaan air. Dengan konsep kita di Bali yaitu Tri Hita Karana. Saat penanaman ini kita menjaga hubungan dengan alam. Kita jaga air dengan menanam pohon sehingga mencukupi untuk kehidupan," ucap Sutjidra.
Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida Maryadi Utama yang juga turut hadir secara langsung menyebutkan ketersediaan sumber daya air di Provinsi Bali sudah sangat bagus. Tinggal mengelola saja karena Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada masih bagus, sehingga dapat menampung dan menyerap air sangat optimal.
"Dapat dilihat pada daerah lain dalam beberapa bulan terakhir, mengalami bencana seperti di Pulau Jawa dan Sumatera. Namun, di Bali tidak terlalu signifikan," katanya.
Artinya, kata Maryadi, bahwa DAS yang ada di Bali sangat bagus dan menampung air sebanyak-banyaknya. Ini menjadi aset yang sangat berharga bagi Provinsi Bali. "Hanya tinggal mengelolanya saja. BWS Bali Penida sebagai kepanjangan tangan Kementerian PUPR akan mengelolanya semaksimal mungkin," ujarnya.
"Kami tetap akan melakukan pengelolaan dengan pola struktur dan non struktur. Struktur berarti kita membuat beberapa bendungan dan tampungan di Provinsi Bali. Non struktur adalah pembinaan terhadap komunitas peduli sungai dan masyarakat sebagai ujung tombak di lapangan," katanya.
Baca juga: Mantan Sekda Buleleng kembalikan uang sewa rumah jabatan
Untuk pembangunan Bendungan Tamblang, menurut Maryadi, saat ini sudah mencapai 38 persen. Diharapkan, akhir tahun 2023, Bendungan Tamblang bisa terisi dan dapat dimanfaatkan. Air baku yang dihasilkan oleh Bendungan Tamblang ini adalah 510 liter per detik.
"Proses pembangunan sendiri berjalan lancar dan tidak terjadi hambatan berarti karena proses pembebasan lahan sudah selesai semua. Tinggal kita melanjutkan saja. Untuk saat ini proses pembangunan bendungan sudah deviasi 2,1 persen," kata Maryadi Utama.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021