Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Bali, menghadirkan Jero Jemiwi, seorang life coach, hypnotherapist, lectures dan trainer, dalam webinar untuk berbagi ilmu dan memberi motivasi kepada mahasiswa, terutama dalam mengembangkan dan menguatkan kemampuan softskill mahasiswa. 

“Webinar ini diadakan agar mahasiswa dapat mengembangkan bentuk-bentuk kompetensi dalam bentuk softskill, bagaimana mahasiswa bekerja sama, berkolaborasi atau yang lain,” kata Wakil Rektor Undiksha Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Hubungan Masyarakat, Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd., saat membuka webinar, Jumat.

Suastra mengatakan, webinar yang diikuti seratusan mahasiswa ini menghadirkan narasumber Jero Jemiwi, seorang life coach, hypnotherapist, lectures dan trainer.

“Kesediaannya untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman sangat kami apresiasi,” kata perempuan yang juga pernah sebagai pramugari ini.

Ia mengharapkan dapat memberikan motivasi untuk mahasiswa, khususnya dalam menghadapi tantangan di era new normal sebagai imbas pandemi COVID-19.

“Dalam pandemi ini, mahasiswa banyak mengalami kesulitan, salah satunya dalam perkuliahan. Bagaimana caranya agar tidak menyerah dengan keadaan. Ini perlu motivasi, salah satunya melalui webinar ini,” katanya.

Baca juga: Undiksha adakan "International Conference on Language Across Cultures"

Menurut Suastra, di tengah persaingan yang semakin ketat, kemampuan softskill harus dimiliki oleh mahasiswa.

“Yang penting tidak hanya kemampuan akademik. Tapi juga softskill. Bagaimana kita bisa menjadi orang bertanggung jawab,” imbuh wakil rektor yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Undiksha ini.

Sebagai informasi, kata Suastra, pengembangan softskill mahasiswa memang sudah menjadi agenda tahunan Undiksha. “Kali ini, pelaksanaannya hanya berlangsung secara virtual, berbeda dari sebelumnya yang dikemas dalam kegiatan outbound,” ujarnya.

Sementara itu, Jero Jemiwi mengatakan tantangan dalam era new normal tidak dapat dihindari. Setiap orang akan menemui itu, termasuk oleh mahasiswa. Hanya saja memungkinkan adanya perbedaan. “Misalnya mahasiswa yang tinggal di kos dan yang tinggal di rumah, tentu tantangannya berbeda,” katanya.

Tantangan tersebut, kata Jero Jemiwi, tidak dapat dihindari karena tetap ada sesuatu yang tidak dapat dikontrol. Namun demikian, diyakini ada cara untuk mengatasi, yaitu melalui diri sendiri atau yang ia sebut sebagai selflove.

“Selflove adalah sarana yang bisa kita gunakan untuk menghalau, menghalangi, meretas, mengatasi berbagai tantangan. Selflove akan melahirkan inner power,” ungkapnya. 

Baca juga: Akademisi Undiksha: Pengetahuan vokasional penting untuk wujudkan SDM kompetitif

Disampaikan pula, pemahaman terhadap tantangan juga perlu dimiliki oleh mahasiswa. Apakah tantangan dianggap sebagai sebuah masalah atau pembelajaran. Hal ini dapat menjadi pijakan dalam mengambil keputusan atau solusi untuk bangkit.

Pewarta: Made Adnyana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020