New Delhi (Antara Bali) - Sejumlah perusahaan farmasi asal India sudah
menyepakati rencana investasi pendirian pabrik bahan baku obat senilai
135 juta dolar Amerika Serikat (AS) dalam dua tahap.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong di New
Delhi, Selasa (13/12), mengatakan sejumlah kerja sama yang cukup
konkret mengemuka saat pertemuan "collective call" antara Presiden Joko
Widodo (Jokowi) dengan 20 CEO perusahaan terkemuka di India.
"Yang cukup konkret di sektor farmasi, sudah ada beberapa yang akan
membangun pabrik bahan baku obat mulai dengan investasi kira-kira 35
juta dolar AS di tahap pertama dan 100 juta dolar AS di tahap kedua,"
kata Thomas.
Namun satu hal yang ia tekankan yakni bahwa sektor farmasi lebih
terfokus pada modal kolaborasi sehingga tidak bisa linear hanya satu
arah.
"Jadi tidak linear hanya dari India investasi ke Indonesia, ada kemungkinan kita investasi ke India," katanya.
Thomas juga menekankan bahwa sektor farmasi erat kaitannya dengan
hak kekayaan intelektual atas formulasi resep obat tertentu.
Menurut dia, kolaborasi atau kerja sama di bidang farmasi juga bisa
menciptakan skala ekonomi sehingga Indonesia dimungkinkan untuk bisa
mengakses bahan baku dengan harga yang lebih murah.
Thomas mengakui sejumlah kendala berinvestasi di Indonesia masih
banyak dikeluhkan oleh calon investor, termasuk investor asal India.
Dua di antaranya yakni soal masih adanya di beberapa daerah di
Indonesia praktik pungutan liar oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
dan masih adanya regulasi yang menghambat impor bahan baku.
"Presiden Jokowi berpesan agar ada tindak lanjut langsung di
lapangan dan menyelesaikan satu per satu kendala yang dihadapi,"
katanya. (WDY)
India Segera Investasi Farmasi 135 Juta Dolar AS
Rabu, 14 Desember 2016 7:57 WIB

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong. (ANTARA FOTO/Audy Alwi/wdy)