Jakarta (Antara Bali) - Badan Koordinasi Penanaman Modal mengidentifikasi minat perusahaan farmasi asal China untuk berinvestasi di Indonesia, dalam kunjungan kerja ke tiga kota di negeri tirai bambu, yakni Qingdao, Hangzhou dan Shanghai.
Kepala BKPM Franky Sibarani dalam siaran pers di Jakarta, Minggu, menyambut baik minat tersebut dan mengatakan minat yang disampaikan merupakan bukti nyata upaya pihaknya mempromosikan investasi di Indonesia.
"'Timing'-nya (waktunya) tepat karena setelah revisi Daftar Negatif Investasi (DNI). Apalagi saat ini, pemerintah sedang berupaya untuk meningkatkan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan di dalam negeri untuk mendorong industri farmasi dalam negeri," katanya.
Franky menjelaskan, terdapat empat perusahaan di sektor farmasi dalam pertemuan di Shanghai, China, yang menanyakan regulasi terbaru terutama terkait dengan kepemilikan asing serta beberapa peraturan penunjangnya.
Di sisi lain, pemerintah Indonesia sendiri sedang menyusun peta jalan dan rencana aksi pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan, meningkatkan produksi vaksin, produk bioteknologi, produk alam, serta industri bahan baku obat serta meningkatkan pasokan alat kesehatan produk dalam negeri seperti furnitur rumah sakit, implan ortopedi, peralatan elektromedikal, "diagnostics instruments", "diagnostics reagents" dan lain sebagainya.
Selain itu, Franky menjelaskan bahwa pemerintah memiliki program jaminan kesehatan nasional yang berpotensi untuk meningkatkan kebutuhan akan obat dan alat kesehatan.
Namun sebanyak 96 persen bahan baku yang digunakan industri farmasi diperoleh melalui impor, sehingga pemerintah berupaya untuk mendorong industri bahan baku obat dalam negeri dengan membukanya 100 persen untuk asing.
"Presiden Joko Widodo mengharapkan pada tahun 2019, pemenuhan kebutuhan bahan baku obat dalam negeri bisa mencapai 50 persen," katanya.
Franky menambahkan bahwa tahun ini, pemerintah telah mengalokasikan sebesar Rp67,2 triliun untuk kesehatan yang salah satunya digunakan untuk mendukung program jaminan kesehatan nasional.
"Hingga saat ini, pemerintah juga terus berupaya untuk memetakan dan melakukan penyederhanaan perizinan khususnya di bidang farmasi. Serta menyelesaikan rencana pembentukan standar mutu produk farmasi dalam rangka Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), diharapkan industri farmasi Indonesia bisa berkontribusi besar dalam pemenuhan pasar ASEAN," pungkasnya.
China merupakan salah satu sumber investasi utama bagi Indonesia dengan realisasi investasi sebesar 2,6 miliar dolar AS sejak tahun 2010 terutama di sektor infrastruktur, industri logam, mesin, dan elektronik.
Sejak 2010, tercatat 52,3 miliar dolar AS komitmen investasi asal China yang terdaftar di BKPM.
Dari data yang dimiliki oleh BKPM, periode triwulan pertama tahun 2016, realisasi dari China mencapai 464 juta dolar AS terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja.
Posisi China berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong. (WDY)
Perusahaan Farmasi China Berminat Masuk Indonesia
Minggu, 19 Juni 2016 19:59 WIB