Denpasar (Antara Bali) - Subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) di Bali dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) sebesar 106,20 persen pada bulan November 2016, naik 1,06 persen dibanding bulan sebelumnya tercatat 105,09 persen.
"Kenaikan subsektor tanaman perkebunan tersebut merupakan yang terbesar dibanding sektor lainnya," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, secara umum kenaikan tanaman perkebunan tersebut dipicu oleh indeks yang diterima petani (lt) yang naik sebesar 1,49 persen.
Sedangkan indeks yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan lebih kecil, yakni 0,42 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya indeks yang diterima petani yakni kelapa, kopi dan tembakau.
Adi Nugroho menambahkan, di sisi lain kenaikan indeks yang dibayar petani dipengaruhi oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,46 persen biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,29 persen.
Sementara Ketut Suardika,SE, seorang petani kopi di Banjar Kebon Jeruk Kauh, Desa Munduk Temu, Kecamatan Pupuan, Tabanan menjelaskan, produksi kopi pada kebun seluas empat hektare yang dikembangkannya dalam tahun 2016 merosot hingga 60 persen dibanding tahun sebelumnya.
Produksi kopi jenis robusta yang dikembangkan petani setempat tahun ini kurang menguntungkan karena merosot tajam.
Petani setiap hektare pada musim panen tahun lalu menghasilkan 6-7 kwintal kini merosot menjadi 3-4 kwintal, disamping juga menurunnya kualitas kopi.
Pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Puputan umumnya dilakukan dengan sistim tumpang sari, yakni tanaman kopi dikombinasikan dengan budi daya cengkeh, kelapa, manggis dan kakao sebagai tanaman sela.
Ketut Suardika menjelaskan, merosotnya produksi kopi sebagai akibat dampak cuaca ekstrim, ditandai dengan tingkat curah hujan maupun kering yang tinggi, bahkan musimnya bergeser dari waktu yang biasanya terjadi sebelumnya.
Padahal tanaman kopi memerlukan situasi cuaca yang sangat stabil, dalam artian ketika musim kemarau tanaman kopi memerlukan kondisi panas yang cukup, begitu pula ketika musim hujan memerlukan curah hujan yang tidak berlebih, katanya.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor tanaman perkebunan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas dua mengalami penurunan dan tiga subsektor mengalami kenaikan.
Ketiga subsektor yang mengalami kenaikan, selain sektor perkebunan juga perikanan 0,38 persen dan hortikultura 0,20 persen.
Sedangkan kedua subsektor yang mengalami penurunan adalah tanaman pangan 0,37 persen dan subsektor peternakan 0,80 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
Perkebunan Bentuk NTP Bali Naik 1,06 Persen
Minggu, 11 Desember 2016 21:27 WIB