Denpasar (Antara Bali) - Turunya indeks pada tiga kelompok pengeluaran yang meliputi bahan makanan 1,52 persen, sandang 0,87 persen, transpor, komunikasi dan keuangan 1,07 persen menjadi pemicu deflasi di Kota Denpasar sebesar 0,19 persen pada bulan Oktober 2016.
"Dengan demikian tingkat inflasi di Kota Denpasar secara kumulatif selama sepuluh bulan periode Januari-Oktober 2016 sebesar 1,96 persen dan inflasi tahun ke tahun yakni Oktober 2016 terhadap Oktober 2015 sebesar 3,33 persen," Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, sedangkan kelompok yang mengalami inflasi meliputi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,34 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,39 persen.
Selain itu juga kelompok kesehatan 0,28 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,21 persen.
Adi Nugroho menambahkan, komponen inti memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen, kelompok harga diatur pemerintah memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,04 persen.
Sedangkan komponen bergejolak (volatile) memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,27 persen, ujar Adi Nugroho.
Komponen yang mengalami penurunan harga antara lain tarif angkutan udara, tarif pulsa ponsel, daging ayam ras, bawang merah, pepaya dan jeruk.
Adi Nugroho menjelaskan, komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Oktober 2016 antara lain cabai merah, sawi hijau, rokok keretek filter, rokok kretek putih dan tarif listrik.
Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 34 kota di antaranya mengalami deflasi dan 48 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 1,10 persen dan terendah di Banda Aceh dan Merauke masing-masing 0,02 persen.
Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,32 persen serta terendah di Depok dan Manado masing-masing sebesar 0,01 persen.
Jika diurut dari deflasi tertinggi, maka Kota Denpasar menempati urutan ke-20 dari 34 kota yang mengalami deflasi, ujar Adi Nugroho. (WDY)