Denpasar (Antara Bali) - Kota Denpasar, Bali mengalami deflasi sebesar 0,20 persen pada bulan April 2016 dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 120,08, lebih rendah dibanding tingkat nasional pada bulan yang sama juga mengalami deflasi 0,45 persen.
"Deflasi secara kumulatif periode Januari-April 2016 sebesar 0,42 persen dan inflasi tahun ke tahun yakni April 2016 terhadap April 2015 sebesar 2,80 persen," kata Kepala Bidang Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali I Nyoman Subadri di Denpasar, Senin.
Didampingi Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho, ia mengatakan, deflasi tersebut terjadi akibat menurunnya harga yang ditunjukkan oleh melemahnya indeks pada dua kelompok pengeluaran yakni kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang mengalami deflasi masing-masing -1,83 persen dan 0,35 persen.
Sementara lima kelompok pengeluaran lainnya yang mengalami deflasi meliputi kelompok sandang 0,86 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,84 persen, kelompok kesehatan 0,43 persen, kelompok bahan makanan 0,10 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,01 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,01 persen.
I Nyoman Subadri menambahkan, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,21 persen, komponen bergejolak sebesar 0,01 persen serta komponen harga yang diatur deflasi sebesar 0,41 persen.
Komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain cabai merah, cabai rawit, sawi hijau, telur ayam ras, bensin dan tarif listrik.
Komoditas yang mengalami peningkatan harga selama bulan April 2016 antara lain bawang merah, bawang putih, daging ayam ras, air kemasan, wortel dan pepaya.
I Nyoman Subadri menjelaskan, dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei, tercatat 77 kota diantaranya mengalami deflasi dan lima kota lainnya mengalami inflasi.
Deflasi tertinggi terjadi di Sibolga -1,79 persen dan terendah di Singaraja, Bali -0,006 persen. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Tarakan 0,45 persen dan terendah di Banjarmasin 0,04 persen, ujar I Nyoman Subadri. (WDY)