Denpasar (Antara Bali) - Subsektor peternakan yang terdiri atas usaha ternak besar, kecil, unggas dan hasil ternak lainnya dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali selama bulan September 2016 meningkat sebesar 1,51 persen.
"Subsektor peternakan (NTP-Pt) Bali pada bulan September 2016 sebesar 117.73 persen, meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat 115,98 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, NTP diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Semakin tinggi NTP dan semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani, khususnya di daerah perdesaan.
NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga.
Adi Nugroho menambahkan, secara umum kenaikan NTP subsektor peternakan itu dipicu oleh indeks harga yang diterima petani (lt) yang naik sebesar 1,92 persen.
Sementara indeks harga yang dibayar petani (lb) naik sebesar 0,41 persen. Terjadinya kenaikan indeks harga yang diterima petani (lt) dipicu oleh meningkatnya harga pada kelompok ternak besar 2,43 persen, ternak kecil 1,21 persen, unggas 0,09 persen dan hasil ternak 1,67 persen.
Adi Nugroho menjelaskan, secara umum beberapa komoditas peternakan yang mendorong kenaikan indeks harga yang diterima petani antara lain sapi potong, babi, ayam buras, telur ayam tas dan kambing.
Pada sisi lain kenaikan indeks harga yang dibayar petani dipicu oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga 0,43 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,38 persen.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas empat subsektor mengalami kenaikan dan satu subsektor menurun yakni tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,08 persen.
Keempat subsektor mengalami kenaikan selain peternakan juga tanaman pangan sebesar 0,21 persen, hortikultura 0,89 persen dan subsektor perikanan 0,33 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)