Kuta (Antara Bali) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara mendorong lembaga jasa keuangan di wilayah setempat untuk mengintensifkan gerakan mengajar ke sejumlah sekolah untuk meningkatkan literasi keuangan.
"Kami dorong hal seperti itu (lembaga jasa keuangan mengajar), sekali setahun minimal di sekolah dasar atau SMP agar mereka paham apai itu tabungan, deposito dan literasi keuangan lainnya," kata Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara, Nasirwan, saat membuka Sosialisasi Peraturan dan Perlindungan Konsumen di Kuta, Kabupaten Badung, Selasa.
Pihaknya juga mendorong lembaga jasa keuangan seperti bank untuk meningkatkan keikutsertaan pelajar untuk membuka simpanan pelajar atau Simpel, tabungan yang dikhususkan bagi pelajar SD, SMP dan SMA.
Tidak hanya bagi bank umum, dorongan tersebut juga diberikan kepada bank perkreditan rakyat untuk melakukan edukasi literasi keuangan melalui gerakan mengajar ke sekolah.
Dia menjelaskan bahwa program LJK Mengajar juga menjadi bagian untuk mewujudkan inklusi keuangan yang mulai dipersiapkan sejak dini.
Nasirwan lebih lanjut menjalaskan bahwa salah satu indikator inklusi keuangan yang baik adalah tersedianya akses keuangan yang mudah dijangkau masyarakat.
Tingkat inklusi keuangan masyarakat di Indonesia berdasarkan Survei Nasional OJK tahun 2013 di 20 provinsi dengan melibatkan 8.000 orang mencapai 59,74 persen dengan tingkat literasi keuangan mencapai 21,8 persen.
Sedangkan di Provinsi Bali menunjukkan angka yang lebih tinggi yakni 71,25 persen dan tingkat literasi keuangan mencapai 19,50 persen.
Terkait dengan produk tabungan pelajar atau Simpel, jumlah rekening di seluruh Indonesia hingga saat ini mencapai 1.011.494 rekening dengan nilai mencapai Rp403,7 miliar yang dikelola oleh 63 bank. (WDY)