Denpasar (Antara Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mempertemukan pelaku bisnis ritel dengan para petani dan pelaku usaha mikro kecil menengah di daerah setempat untuk menekan hambatan pemasaran.
"Ini merupakan langkah konkret, kami pertemukan langsung petani binaan kami, `cluster` kami dengan sejumlah ritel," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Iman Causa Karana usai menggelar Temu Bisnis Kelompok Binaan BI Bali di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, temu bisnis tersebut mengajak delapan pasar ritel modern seperti PT Gunung Mas Agro Lestari, PT Coco Mart, Trans Retail, Tiara Dewata, Hardys, Koperasi Tani Balis serta instansi dari Perum Bulog dan PHRI Bali.
Dia menjelaskan bahwa sebelumnya telah digelar diskusi antara para pengusaha ritel dengan para petani yang membahas pemasaran produk.
Dari diskusi itu diketahui bahwa masih terjadi kesenjangan antara petani lokal dengan pasar ritel modern yakni petani masih kurang mengetahui informasi komoditas yang dibutuhkan oleh pasar baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Sedangkan ritel modern kurang mengetahui lokasi komoditas yang dibutuhkan dari petani lokal.
Hal itu kerap menyebabkan pelaku ritel lebih memilih pasar impor dari luar Bali bahkan dari luar negeri.
"Melalui temu bisnis ini dan keberlangsungan pasokan dari petani lokal dapat dijaga melalui mekanisme yang lebih baik antara lain melalui sistem `pre-order`," ujarnya.
Bank sentral itu telah mengembangkan 13 "cluster" dan demplot di lima kabupaten di Bali yakni komoditas padi dan bawang merah di Kabupaten Gianyar, kopi dan bawang merah di Bangli, padi di Kabupaten Jembrana, bawang merah di Kabupaten Buleleng serta sapi, bawang merah dan cabai merah di Kabupaten Karangasem.
Kelompok tani dan ternak merupakan binaan BI yang dinilai merupakan entitas UMKM.
BI memberikan bantuan teknis dan pendampingan, mereka diharapkan lebih handal baik dari SDM dan organisasi melalui pengenalan metode budidaya organik dan beberapa di antaranya telah membentuk lembaga keuangan mikro. (WDY)