Amlapura (Antara Bali) - Sebanyak 15.361 seniman di Kabupaten Karangasem, Bali ikut ambil bagian dalam meriahkan pagelaran Genjek Kolosal 2016 di objek wisata Taman Sukasada Ujung disaksikan mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu.
Ribuan seniman yang datang dari seluruh Banjar, desa dan kecamatan di daerah ujung timur Pulau Bali mampu menarik perhatian sebagian besar masyarakat setempat maupun wisatawan dalam dan luar negeri.
Seniman yang terlibat dalam pagelaran kolosal tersebut jumlahnya selama ini paling banyak di Bali yang diharapkan bisa tercatat dalam rekor Museum Rekor Indonesia (Muri), kata Ketua Panitia Genjek Kolosal Massal I Made Alit.
Kegiatan tersebut sepenuhnya didukung gerakan masyarakat terpadu (GMT) dengan persiapan secara matang, sehingga kegiatan yang melibatkan ribuan seniman itu dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
Kegiatan itu juga disaksikan Ketua Umum DPP Golkar Setya Novanto, Wakil Gubernur Bali, Ketut Sudikerta, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta, DPD RI Dapil Bali AAN Oka Ratmadi dan Arya Wedakarna serta anggota DPR RI Dapil Bali Gde Sumarjaya Linggih.
Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumantri dan Wakil Bupati Karangasem Wayan Artha Dipa memberikan apresiasi terhadap pagelaran genjek kolosal yang melibatkan 15.361 seniman.
Kegiatan tersebut sepenuhnya didukung dengan swadaya masyarakat karena pemerintah belum mengalokasikan dana tersebut dalam APBD setempat.
Ia mengharapkan pagelaran genjek kolosal di objek wisata andalan di Kabupaten Karangasem dapat dilaksanakan secara berkesinambungan setiap tahun, sebagai upaya melestarikan seni budaya genjek dan sarana promosi menarik perhatian pelancong berkunjung ke daerah itu.
Adanya atraksi budaya yang unik dan menarik diharapkan sasaran kunjungan wisatawan ke Karangasem sebanyak 400.000 orang dapat ditingkatkan menjadi satu juta setiap tahunnya, ujar Bupati I Gusti Ayu Mas Sumantri.
Genjek merupakan genre seni kerawaitan Bali yang menggunakan vokal sebagai sumber bunyi utama. Biasanya sepuluh hingga dua puluh orang pemain duduk membentuk sebuah lingkaran menyanyi disertai gerakan tubuh yang menghasilkan sebuah paduan bunyi.
Satu orang bertindak sebagai pembawa melodi sekaligus komando dan satu orang sebagai pemegang ritme.
Sementara yang lainnya membuat jalinan ritme suara-suara yang kebanyakan meniru bunyi instrumen gamelan Bali seperti tawa-tawa, cengceng, kendang, reyong dan gong. Jalinan dan perpaduan yang harmonis berbagai jenis dan warna suara itulah membentuk sebuah musik yang diberi nama genjek.
Genjek yang berarti bersenda gurau untuk menghibur diri dan sering diselingi nyanyian. Dalam genjek juga mengandung seni sastra, lewat lirik-lirik lagu yang dinyanyikan. Pengungkapan tema selain lirik juga diperkuat dengan olahan melodi, ritme dan ekspresi.
Tema lagu genjek sebagian besar mengenai kegembiraan, yakni ada yang bersifat romantis, rayuan, nasehat atau sindiran. Tema romantis biasanya mendominasi jika dalam grup genjek terdapat pemain wanitanya.
Secara musikal genjek menggunakan lagu-lagu Bali yang sederhana yakni jenis gending. Genre tersebut termasuk jenis "folksong" karena identitas fokloritasnya dapat dikenali dari cara penyebarannya "oral transmission" di antara anggota kolektif tertentu, benbentuk tradisional serta banyak mempunyai variasi.
Dua unsur penting dari bentuk gegendingan adalah lirik dan lagu, kendati dalam kenyataannya banyak terjadi salah satu unsur lebih menonjol. Dalam seni genjek lagu lebih dominan dari pada lirik.
Identitas lain lagu genjek adalah kesederhanaan bentuk baik musikalitas maupun liriknya. Kalimat lagu pendek-pendek menggunakan bahasa bali lumrah. Setiap lagu genjek dibagi menjadi tiga bagian, pertama sekaligus mengawali adalah lagu berlirik beberapa bait yang ditawarkan oleh seorang pemain.
Dilanjutkan dengan lagu tanpa lirik oleh beberapa orang pemain yang disebut toreng. Sementara toreng tetap bernyanyi, pemain yang lain menyertai dengan membuat jalinan ritmis sesuai dengan jenis bunyi yang telah ditetapkan. (WDY)