Surabaya (Antara Bali) - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyatakan sudah saatnya mengubah stigma negatif urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota menjadi positif di masa depan.
"Selama ini urbanisasi dipikirkan menjadi hal negatif, bagaimana urbainisi menjadi positif dan berguna. Sama saja pengertian dahulu penduduk yang besar menjadi beban, tapi Tiongkok dengan penduduk besar dapat maju dengan baik, jadi konsumen dan produsen yang baik," kata Jusuf Kalla saat memberikan sambutan di acara pembukaan The Third Sesion of The Preparatory Committee of the Habitat III Conference yang diselenggaraan di Kota Surabaya, Senin.
Menurut dia, perumahan dan pemukiman merupakan masalah semua negara baik negara maju maupun negara berkembang. "Semuanya bagian dari kehidupan kita selalu punya dilema-dilema pemukiman," katanya.
Ia mengatakan pada 50 tahun lalu, 30 persen penduduk di dunia ada di perkotaan, 70 persen tinggal di pedesaan. Hal itu sejalan dengan pertanian masih menjadi bagian yang tinggi dari lapangan kerja.
Pada dewasa ini, lanjut dia, mayoritas penduduk hidup di perkotaan, di Indoensia sendiri pada 30 tahun yang akan datang, 60-70 persen diperkiranan penduduk Indonesia tinggal di perkotaan.
"Kenapa itu terjadi? tentu kita menyadari disamping penduduk dunia juga semakin bertambah," katanya.
Jusuf Kalla mengatakan sekitar 6,7 miliar penduduk dunia pada 30 tahun lagi akan menjadi 9,9 miliar penduduk dunia. Padahal disaat yang sama pertanian tetap dibutuhkan lebih banyak lagi untuk makanan penduduk.
Jika beberapa tahun lalu di Indonesia 40 persen penduduknya bekerja dari sektor pertanian, maka sekarang tinggal 30 persen. Di negara maju pasti lebih sedikit lagi di Amerika hanya 5 persen saja sektor pertanian.
Artinya, lanjut dia, makin banyak berhasilnya pertanian maka orang mencari lapangan kerja ke kota semakin sedikit. Namun apabila pertanian gagal lapangan pekerjaan berkurang, maka pindah ke kota apapun situasinya akan terjadi urbanisasi.
"Bertambahnya penduduk di perkotaan adalah kepastian yang akan terjadi dimana saja. Itu tantangannya bagaimana kota dapat menjadi pemukiman yang baik yang menyenangkan semua orang dari fikiran negatif menjadi positif," katanya.
Selama ini, lanjut dia, urbanisasi dipikirkan menjadi hal negatif, bagaimana urbainisi menjadi positif dan berguna bagi masyarakat luas. Suatu dilema dan tentunya kehidupann kota harus lebih menyenangkan," katanya.
"Inilah habitat menjadi bagian Sustainable development goals yang tahun lalu diprokolamsikan di PBB," katanya.
Program tersebut menitikberatkan agar kota harus inklusif mengakomodasi semua orang. Larangan ke kota tidak menjadi efektif seperti di Jakarta. Kota harus tangguh, kota harus bisa menghadapi masalah bencana, masalah stres dan masalah lainnya.
"Tentunya semua itu harus dipersiapkan, kota harus aman khususnya menghadapi tantangan kriminalitas, terorisme dan kejahatan lainnya," katanya.
Selain itu, lanjut dia, menciptakan situasi kota yang lebih baik, memenuhi cara kehidupan yang baik dan sehat, mengurangi kemiskinan, meningkatkan pendidikan dan kesehatan yang baik dan hal hal penting lainnya. (WDY)
Wapres: Jadikan Urbanisasi Itu Positif
Senin, 25 Juli 2016 15:38 WIB