Denpasar (Antara Bali) - Bank Indonesia memprediksi keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa atau dikenal dengan "Britan Exit" (Brexit) tidak memengaruhi ekonomi di Bali yang sebagian besar perekonomiannya mengandalkan sektor pariwisata.
"Pariwisata di Bali tidak ada masalah setelah Brexit," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, ekspor ke Inggris dari Bali juga tidak terlalu besar yakni sekitar satu persen sehingga tidak terlalu berdampak terhadap keputusan negara itu keluar dari Uni Eropa.
Dampak dari keluarnya Inggris tidak langsung dirasakan namun memakan proses sekitar dua tahun dan tidak berpengaruh ke negara lain khususnya Indonesia.
Sementara itu ekonom Universitas Gadjah Mada, Anggito Abimanyu dalam seminar diseminasi kajian ekonomi regional triwulan I 2016 yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia pada Senin (27/6) menyatakan bahwa Brexit tidak perlu dijadikan kekhawatiran.
Hal itu mengingat dampaknya terhadap perekonomian nasional yang tidak terlalu signifikan dan cenderung bersifat temporer.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali mencatat Inggris menduduki posisi keempat kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2016.
Selama periode Januari-April 2016, jumlah wisatawan dari Inggris mencapai 63.190 orang atau melonjak 47,3 persen dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 42.872 orang.
United Kingdom merupakan kerajaan kesatuan yang terdiri dari Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara.
Namun dalam kesatuan tersebut juga terjadi pro dan kontra terkait Brexit karena Skotlandia dan Irlandia Utara yang masih menginginkan berada dalam Uni Eropa. (WDY)