Jakarta (Antara Bali) - Bank Indonesia menilai ketahanan ekonomi dalam
negeri cukup terjaga di tengah tekanan eksternal dari hasil referendum
yang menyimpulkan mayoritas masyarakat Inggris menginginkan keluar dari
Uni Eropa (Britain Exit/Brexit).
Direktur Eksekutif Departemen
Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangannya di Jakarta, Minggu,
mengatakan dampak Brexit relatif terbatas, baik terhadap pasar keuangan,
kegiatan perdagangan, maupun terhadap investasi ke Indonesia.
"Stabilitas
makro ekonomi tetap terjaga, terlihat dari laju inflasi yang rendah,
penurunan defisit transaksi berjalan, dan nilai tukar rupiah yang
cenderung dalam rentang aman," ujar dia.
Laju inflasi Mei 2016
tercatat 0,24 persen, dengan tingkat inflasi dari tahun ke tahun sebesar
3,33 persen, sesuai rentang proyeksi Bank Sentral di 3-5 persen.
Sedangkan
defisit transaksi berjalan diperkirakan BI di 2,2 persen terhadap
Produk Domestik Bruto pada akhir tahun. Adapun nilai tukar rupiah, pada
Jumat sore, menurut kurs tengah BI berada di Rp13.296 per dolar AS,
melemah dibandingkan dengan sehari sebelumnya Rp13.265.
"Di
tengah terjadinya pelemahan di pasar uang Eropa dan Asia, nilai tukar
Rupiah relatif stabil. Koreksi pasar saham Indonesia juga terbatas,
apabila dibandingkan dengan negara-negara lain seperti India, Thailand
dan Korea Selatan," ujarnya.
Selain itu, kata dia, dampak Brexit
terhadap kinerja perdagangan, dalam jangka menengah juga tidak
signifikan karena pangsa ekspor Indonesia ke Inggris hanya 1 persen dari
total ekspor Indonesia.
Sementara itu, dampak pada kinerja
investasi di Indonesia juga diprediksi relatif kecil. Dalam lima tahun
terakhir, pangsa penanaman modal asing langsung dari Inggris terhadap
total penanaman modal asing di Indonesia hanya di bawah 10 persen. (WDY)
BI Pastikan Ekonomi Indonesia Tahan dari Dampak Brexit
Minggu, 26 Juni 2016 19:19 WIB