Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar akan menampilkan dua komposer gamelan baru yang mempresentasikan komposisi terkininya Jumat malam(24/6).
"Penampilan edisi perdana itu diawali dengan mempresentasikan karya-karya dua komponis Bali yakni I Wayan Sudirana (Ubud) yang akan tampil bersama Sanggar Cenik Wayah dan Sang Nyoman Arsawijaya (Denpasar) bersama Gamelan Wrdhi Swaram," kata staf BBB yang menata acara tersebut Juwitta Lasut di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, I Wayan Sudirana adalah komposer muda yang sudah tidak asing dalam percaturan musik baru untuk gamelan Bali. Bersama Sanggar Cenik Wayah, pria kelahiran Ubud, 31 Mei 1980 atau 36 tahun silam itu telah beberapa kali mementaskan komposisi gamelan baru yang diciptakannya di panggung Bentara Budaya Bali.
Karya tersebut antara lain dalam acara "A Tribute to Gong Kebyar" dan "Bebarongan Baru". I Wayan Sudirana, lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dan anggota pertama Sanggar Cudamani.
Ia Tidak hanya aktif berkarya di Bali, bahkan pernah menjadi "Artis in Residence" di University of British Columbia (UBC) dari 2004 sampai 2006, dan melanjutkan studi pada jenjang pasca sarjana di Universitas tersebut meraih gelar Master of Arts dalam bidang Ethnomusicologi pada tahun 2009, dan Doctor of Philosophy dalam bidang Ethnomusikologi dari UBC pada tahun 2013.
Komposer muda lainnya Sang Nyoman Arsawijaya (36) telah bergabung dengan Triple 2 New Music For Gamelan serta merupakan direktur musik Gamelan Wrdhi Swaram. Ia telah menulis komposisi musik untuk Pesta Kesenian Bali sejak tahun 2004.
Karyanya yang berjudul GERAUSCH (2005) bahkan mendapat apresiasi mendalam dari dalam dan luar negeri. Berkat prestasi dan kreasi musik, Sang Nyoman Arsawijaya sempat meraih "Visiting Scholar" di Unversity of Illinois at Urbana-Campaign (2000).
Ia juga bergabung dalam Performing Lines sebagai pemain gamelan untuk The Theft of Sita (2001).
Secara khusus, agenda "Komponis Kini" dihadirkan juga sebagai "A Tribute to Lotring" yakni sebuah penghargaan dan penghormatan mendalam kepada maestro gamelan yang karya-karyanya terbilang immortal.
Lotring adalah sebuah fenomena, seorang seniman pelopor yang memberi sentuhan personal kepada keberadaan seni gamelan Bali. Musik bagi warga asal Banjar Tegal - Kuta kelahiran 1887 ini, bukan semata sebuah persembahan untuk memaknai upacara atau ritua-ritual tertentu, melainkan juga sebuah proses penciptaan dan penemuan diri yang menandai hadirnya kemodernan pada masa itu.
Lotring mulai mendalami gamelan dengan belajar tari Nandir di Puri Blahbatuh, Gianyar. Nandir inilah yang kelak menjadi legong, yang tari dan tabuh (ansambel musik) palegongannya kelak dipelajari Lotring dari Anak Agung Bagus Jelantik dari Saba, Sukawati pada tahun 1917.
Ia berkawan dekat dengan Colin McPhee, musikus kelahiran Kanada yang residensi di Bali serangkaian upaya eksplorasi kesenian yang dilakukannya. Pertemuan Lotring dengan Colin McPhee terjadi pada tahun 1932.
Lotring memang seorang maestro yang karya-karyanya menginspirasi hingga kini. Sedini masa itu, secara terbuka ia menyatakan dirinya sebagai seorang komposer laiknya sahabatnya, Colin McPhee.
Ia adalah sosok seniman yang memperkenalkan ragam gamelan palegongan Liar Samas, yang kelak dikenal begitu masyur di Bali. Semangat pencarian dan penemuan diri Lotring itulah yang diharapkan menjadi spirit program "Komponis Kini" di Bentara Budaya Bali, sekaligus sebuah ajang bagi komponis-komponis new gamelan untuk mengekspresikan capaian-capaian terkininya yang mencerminkan kesungguhan pencarian kreatifnya.
Selain menampilkan pertunjukan musik, acara juga akan diperkaya dengan timbang pandang atau dialog bersama para komposer bersangkutan, sebentuk pertanggungjawaban penciptaan. (WDY)
BBB Tampilkan Dua Komposer Gamelan Baru
Rabu, 22 Juni 2016 6:39 WIB