Jakarta (Antara Bali) - Kalangan pengusaha menilai rencana pemerintah
melebur PT Perusahaan Gas Negara ke dalam PT Pertamina menjadi satu
holding BUMN sektor energi berdampak positif bagi konsumen gas di Tanah
Air karena bisa mendapatkan harga lebih murah.
"Jika PGN digabungkan ke Pertamina diharapkan infrastruktur
pengembangannya akan lebih baik. Selain itu, harga gas juga diharapkan
bisa lebih murah," kata Ketua Forum Industri Pengguna Gas Alam, Ahmad
Safiun di Jakarta, Kamis.
Menurut Safiun, penyatuan kedua perusahaan tersebut diharapkan
membuat pembangunan infrastruktur gas bisa lebih terkoordinasi.
Daerah-daerah yang belum dibangun infrastruktur gas bisa segera
dibangun. "Seperti di JawaTengah misalnya yang belum ada pipa," katanya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
hingga tahun 2030 pemerintah memperkirakan kebutuhan dana untuk
membangun infrastruktur gas sebesar 24,3 miliar dolar AS.
Safiun mengatakan energi, termasuk gas merupakan kebutuhan pokok
bagi industri. Pemerintah seharusnya mengarah untuk menggerakkan
industri dan bukan untuk mengejar pendapatan negara.
"Jika gas diberikan atau memang disalurkan ke industri, hasilnya
bagus karena negara akan lebih besar disebabkan industri membayar
pajak," katanya.
Ketua Koordinator Gas Kadin Indonesia, Ahmad Widjaja mengatakan
penggabungan PGN ke Pertamina sudah seharusnya dilakukan pemerintah agar
distribusi gas nasional menjadi lebih efisien. "Penggabungan PGN ke
Pertamina juga akan menciptakan holding BUMN energi menjadi lebih
kokoh," katanya.
Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
telah memutuskan menjadikan Pertamina sebagai induk usaha (holding)
badan usaha milik negara di sektor energi. PGN, yang 57 persen sahamnya
dikuasai negara, akan menjadi salah satu anak usaha holding BUMN energi
tersebut.
Menteri BUMN Rini Soemarno sebelumnya mengatakan segala masalah
menyangkut Pertamina yang menjadi induk atau holding PGN selesai sebelum
Lebaran 2016. "Kajian sudah selesai dan proses sudah jalan semua. Saya
juga sudah berbicara dengan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dan
PP-nya akan diajukan ke Presiden JokoWidodo," katanya.
Menurut Rini, pemilihan Pertamina sebagai induk usaha PGN karena
perusahaan pelat merah itu dikuasai 100 persen sahamnya oleh negara.
Pertamina telah berinvestasi cukup signifikan dalam pembangunan
pipa transmisi demi menjamin monetisasi cadangan hulu dan optimasi
produksi gas nasional. Di hulu (upstream), perseroan mengoperasikan
sejumlah ladang gas dengan produksi rata-rata sebesar 1.700 juta kaki
kubik per hari(MMSCFD).
Bahkan, Pertamina pada 2018 akan menjadi operator sekaligus
pemegang hak partisipasi terbesar di blok gas terbesar di Indonesia,
Blok Mahakam di Kalimantan Timur.
Pertamina bersama mitra dari luar negeri dan lokal juga
mengoperasikan PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) yang memproduksi LNG. DSLNG
tercatat mendapat pasokan gas alam dari PT Pertamina EP area Matindok,
PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi, dan perusahaan lainnya.
Sementara itu, PGN menargetkan penambahan jaringan gas rumah tangga
110 ribu hingga 2019, PGN juga akan menambah panjang pipa gas lebih
dari 1.680 kilometer (km). Saat ini panjang pipa PGN lebih dari 6.980
km.(WDY)
Pembentukan Holding BUMN Energi Menjadikan Gas Murah
Jumat, 22 April 2016 5:26 WIB