Denpasar (Antara Bali) - Seorang tokoh agama Hindu di Bali Ida Pedanda Tianyar Sebali mengemukakan bahwa kebahagiaan sejati umat manusia didapat dari kebersamaan.
"Karena itu banyak pepatah dari berbagai daerah di negara kita ini yang mendukung kebersamaan tersebut," katanya dalam ajang Festival Meditasi Internasional Bali (IBMF) ke-2 di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Minggu.
Sebagaimana dikutip siaran pers panitia IBMF yang diterima ANTARA, Ida Pedanda memberi contoh ungkapan di Bali, yakni "menyama beraya punika kesugihan sane utama" atau kebersamaan merupakan kekayaan yang paling penting dan "semeton tamiu" atau tamu itu adalah saudara kita.
"Kalau di Jawa kita mengenal 'mangan ora mangan ngumpul' atau makan tidak makan yang penting berkumpul. Atau ada juga 'ora sanak ora kadang, yen mati melu kelangan' yang artinya bukan keluarga, tapi kalau mati ikut kehilangan," katanya.
Menurut dia, semua ungkapan di atas bermakna bahwa untuk menciptakan kebersamaan harus ada sifat mengabdi atau melayani dalam kehidupan kita bersama.
"Kalau kita melayani orang lain atau sesama, itu berarti kita melayani Tuhan. Ungkapan ini bagi orang Bali sudah mendarah daging karena dari dulu mereka sudah menganggap setiap orang yang datang ke Bali adalah suadara," katanya.
IMBF yang memasuki tahun kedua dan tahun ini bertema "Vasudhaiva Kutumabakam" atau seluruh dunia ini adalah satu keluarga digelar di lapangan Astina, Ubud mulai 13 hingga 14 November 2010.
Sementara tokoh Muslim dari Semarang KH Nuril Arifin Husein (Gus Nuril) mengatakan bahwa konflik agama terjadi karena manusia mempermasalahkan hal-hal yang sebenarnya satu dan sama, seperti menyebutkan nama-nama nabi dan sebagainya.
"Marilah berhenti mempertentangkan hal-hal yang sebenarnya satu dan sama. Mari kita mengenal Allah karena Allah mengajarkan kita untuk saling menghormati, menghargai, dan mencintai. Taburkan cinta kepada semesta untuk mencapai kehidupan yang damai, penuh cinta dan keharmonisan," katanya.
Penggagas IBMF Anand Krishna mengajak umat manusia untuk tinggal bersama dan berupaya menghilangkan kesalahpahaman dalam hidup ini. Kesalahpahaman bagaikan bunga didalam pot yang terdiri dari berbagai warna dan bentuk, kemudian ditata sedemikian rupa, sehingga menjadi indah.
"Hidup menjadi seperti 'gado-gado' yang terdiri dari berbagai sayuran dengan rasanya sendiri dan disajikan di satu tempat. Untuk mendapatkan rasa yang lebih enak ditambahkanlah bumbu kacang sehingga menjadi sempurna," katanya.
Menurut dia, bumbu yang membuat hidup kita lebih damai, indah dan bahagia adalah cinta. Kita beragam, jika ada cinta sebagai perekat dalam kehidupan, setiap saat tercapailah kesempurnaan dalam hidup.
"Cinta merupakan inti dari semua ajaran agama baik Islam, Kristen, Budha, Hindu dan lainya. Cinta harus dikembangkan, karena dengan cinta semua jalan yang kita tempuh akan membawa kita kepada Tuhan," katanya.(*)
IBMF: Kebahagiaan Sejati Didapat dari Kebersamaan
Minggu, 14 November 2010 11:00 WIB