Cape Canaveral (Antara Bali) - Tiga tahun setelah mendarat di kawah raksasa Mars, kendaraan robotik Curiosity milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menemukan bukti bahwa cekungan itu berulang kali berisi air, memperkuat kemungkinan untuk kehidupan di Planet Merah.
Dalam hasil studi yang dipublikasikan pada Kamis (8/10), para peneliti memberikan gambaran paling komprehensif tentang bagaimana Kawah Gale, cekungan kuno dengan lebar 140 kilometer, terbentuk dan meninggalkan gundukan sedimen yang berdiri setinggi lima kilometer di dasar kawah.
Pada awal misinya, Curiosity menemukan sisa-sisa kerakal sungai dan endapan dari danau dangkal. Riset baru yang dipublikasikan di jurnal Science menunjukkan bahwa dasar kawah naik dari waktu ke waktu, hasil dari sedimen yang menetap, lapis demi lapis, yang mungkin sudah berlangsung ribuan tahun, kata ahli geologi John Grotsinger dari California Institute of Technology.
"Kami tahu bahwa ada danau di sana, tapi kami belum punya bayangan seberapa besar dulu," kata Grotzinger.
"Jika seseorang menemukan bukti keberadaan danau-danau, itu tanda yang sangat positif untuk kehidupan," kata Grotzinger.
Air dari bagian utara kawah secara teratur mengisi cekungan, menghasilkan danau-danau tahan lama yang bisa menjadi tempat hidup. Para ilmuwan menduga air datang dari hujan atau salju. Pada akhirnya, kawah berisi sedimen. Kemudian angin mengambil alih dan mengikis dasar danau, meninggalkan hanya gundukan di tengah.
Gundukan yang dinamai Gunung Sharp itu merupakan alasan Curiosity dikirim ke Kawah Gale untuk melihat habitat kuno yang cocok bagi kehidupan mikroba. Para ilmuwan mempelajari bahwa Mars memiliki semua bahan yang dianggap penting untuk kehidupan. Namun persisnya bagaimana Mars bisa mendukung air permukaan bertahan lama masih menjadi misteri.
Miliaran tahun lalu, planet itu kehilangan medan magnet globalnya, yang memungkinkan radiasi matahari dan kosmik secara bertahap menghilangkan perlindungan atmosfernya. Dengan kondisi seperti itu, air cair cepat menguap. "Jika kau punya badan air berdiri yang tahan berjam-jam sampai berhari-hari tanpa mendidih, itu kejutan yang sangat besar," kata Grotzinger seperti dilansir kantor berita Reuters.
Model komputer terkini menunjukkan semacam selimut atmosferik Mars yang bisa cukup tebal untuk mendukung danau-danau bertahan lama menurut catatan peneliti. Grotzinger menduga Mars punya gas rumah kaca atau bahan kimia lain yang sejauh ini sudah hilang tanpa terdeteksi.
Pekan lalu, tim ilmuwan yang lain mempublikasikan hasil riset yang menunjukkan bahwa tetesan air asin mengalir secara musiman di Mars sekarang, mengukir saluran menuju dinding tebing sepanjang ekuator. Sumber airnya belum diketahui. (WDY)