Denpasar (Antara Bali) - Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof Dr Wayan Windia mengajak komponen pariwisata di Bali untuk memboikot kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara ke kawasan Catur Angga Batukaru, Jatiluwih, Kabupaten Tabanan.
"Upaya boikot itu akibat pola pengembangannya semakin tidak sesuai dengan tujuan utama rencana pengelolaan yang diusulkan kepada UNESCO," kata Prof Windia di Denpasar, Kamis.
Sebanyak 14 subak yang kondisinya berundang-undang (bertingkat) dalam kawasan Catur Angga Batukaru menjadi satu-kesatuan dengan tiga kawasan lainnya yang dikukuhkan UNESCO menjadi warisan budaya dunia (WBD).
Tiga kawasan lainnya terdiri atas tempat suci Pura Taman Ayun, Mengwi, Kabupaten Badung, daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan, Kabupaten Gianyar dan Pura Ulundanu Batur, Kabupaten Bangli.
Windia menjelaskan, sejak Catur Angga Batukaru ditetapkan menjadi WBD 20 Juni 2012 kunjungan wisatawan mancanegara meningkat tiga kali lipat dari 40.000 orang menjadi 120.000 orang petahun.
"Upaya boikot itu dengan mengajak biro perjalanan wisata (BPW) tidak mengantarkan tamu menyaksikan panorama pemandangan sawah bertingkat-tingkat, jika Pemkab Tabanan tidak mampu menyelesaikan friksi atau masalah dalam kawasan tersebut," ujar Windia.
Ia menyayangkan Pemkab Tabanan hanya menginginkan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan sehingga pendapatan asli daerah (PAD) bertambah tanpa memperhatikan aspek kelestarian.
Adanya pengakuan UNESCO terhadap kawasan Catur Angga Batukaru, Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, kini sejumlah pemilik modal bersikeras membangun fasilitas pariwisata di kawasan tersebut.(APP/ADT)
Boikot Kunjungan Wisatawan Ke Jatiluwih
Kamis, 10 September 2015 15:34 WIB