Denpasar (Antara Bali) - Maraknya aksi premanisme yang belakangan marak di Denpasar, tak bisa dilepaskan dari kondisi sosial masyarakat yang masih banyak terhimpit masalah ekonomi, kata seorang pengamat.
"Untuk itu perlu upaya penanganan yang serius dalam mengatasi masalah sosial tersebut. Ini bukan pekerjaan mudah karena melibatkan segenap komponen di Bali," ujar I Gusti Agung Oka Mahagangga, pengamat sosial dan dosen Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Sabtu.
Jika semua pihak bisa menyadari bahwa Bali hidup dari pariwisata, maka langkah yang tepat dalam pembangunan pariwisata, menjadi kunci pengentasan kemiskinan dan pemberantasan premanisme.
Menurut Oka Mahagangga, secara sosial budaya perlu dibuatkan pemetaan sosial yang real tentang kemiskinan dan premanisme di Bali.
Sebab dengan pemetaan sosial yang jelas seperti itu, akan terlihat langkah-langkah nyata apa yang dapat dilakukan sesuai potensi dan permasalahan yang dihadapi.
"Dengan begitu maka Kemiskinan dan premanisme sebagai ancaman pariwisata Bali ke depan dapat ditanggulangi secara komprehensif dengan mengesampingkan ego masing-masing pihak," ujarnya.
Oka Mahagangga mengatakan, pembangunan pariwisata dapat berjalan sinergis dan berkelanjutan demi kesejahterahan masyarakat.
Dia menilai penambahan anggaran untuk program pengentasan kemiskinan ataupun memperbanyak pegawai dinas sosial hingga memperbanyak personel kepolisian, bukan jawaban yang tepat.
Kemiskinan, kata dia, dapat ditanggulangi dengan melihat akar permasalahannya karena karakter kemiskinan dipengaruhi oleh banyak faktor yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Di pihak lain, Oka Mahagangga melihat, pemerintah dalam menangani kemiskinan di Bali yang hanya melihat di Bali timur dan justru mengabaikan kemiskinan di pusat kota provinsi dan sekitarnya, mestinya ditinjau ulang.
Beberapa kantong kemiskinan di Kota Denpasar yang berbeda karakteristikanya dengan kemiskinan di Bali timur, perlu menjadi perhatian pemerintah untuk dapat meminimalkan tindak premanisme atau tindak kriminalitas sejenis.
"Alangkah baiknya jika semua kantong-kantong kemiskinan di Bali diperhatikan karena justru kemiskinan yang tersembunyi, tersebar secara acak di Kota Denpasar yang berpotensi melahirkan ketidakamanan yang dapat mengganggu citra kepariwisataan Bali," katanya.(*)