Kuta (Antara Bali) - I Made Sutama (43) seorang pematung yang memproduksi berbagai jenis cinderamata mampu menghasilkan karya seni unik dan menarik yang cukup disenangi wisatawan saat berliburan di Bali.
"Kami mengukir berbagai jenis patung sambil sambil menunjukkan proses pembuatan itu kepada wisatawan yang menginap di hotel," kata Made Sutama, pria asal Gianyar yang sudah 13 tahun menjual karya patung di sebuah hotel di Kuta, Senin.
Ia mengaku, mendapat kesempatan dari pihak hotel untuk memperkenalkan hasil kreativitasnya kepada pelancong, sekaligus memproduksinya di hotel tersebut.
Selama bertahun-tahun menggeluti usaha industri skala rumah tangga itu, ternyata banyak wisatawan ingin belajar membuat kerajinan dari bahan baku kayu.
"Mereka setelah sedikit belajar, akhirnya tertarik untuk membeli hasil kreativitas yang bernuansa seni itu," ujar I Made Sutama yang sudah bertahun-tahun mengembangkan usahanya di Kuta.
Pihaknya membuat ukiran berbagai jenis motif dari bahan baku kayu, sangat diminati wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Pada awalnya kegiatan sehari-hari hanya untuk mengajarkan wisatawan mengukir, namun lama kelamaan peminatnya berkurang akibat mereka kurang tertarik, karena mereka bisa belajar melalui media teknologi yakni internet.
I Made Sutama menjelaskan, meskipun berkurang minat wisman belajar mengukir, namun tetap berjualan kerajinan patung hingga sekarang.
Ukiran yang paling laris dan diminati konsumen adalah plakat nama yang disertai dengan ukiran nuansa Bali. Cinderamata yang dibuat dari kayu suar, mahoni dan sonokeling.
Harga tergantung kualitas ukiran dan jenis kayu yang digunakan yakni berkisar antara Rp 150.000 sampai Rp 600.000. Selain itu juga menjual patung monyet dengan harga bervariasi Rp 50.000-Rp150.000, patung Budha Rp100.000-Rp200.000 per unit.
Patung naga yang cukup rumit proses pembuatannya dijual Rp 600.000 per unit. Adanya kenaikan harga bahan baku kayu secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap harga karya patung, ujarnya. (WDY)