Los Angeles (Antara Bali) - Hasil studi tim astronom internasional
menunjukkan bahwa energi alam semesta sekarang tinggal sekitar separuh
dibandingkan dua miliar tahun lalu dan terus memudar.
Temuan yang dipaparkan dalam Sidang Umum International Astronomical Union
ke-29 di Honolulu, Hawaii, itu mengungkap batas-batas di mana kosmos
tampaknya kehilangan uap, yang membantu para astronom lebih memahami
evolusi dan struktur alam semesta.
"Kami menggunakan teleskop
antariksa dan Bumi sebanyak-banyaknya supaya bisa mengukur keluaran
energi dari 200.000 lebih galaksi di selebar mungkin rentang panjang
gelombang," kata Simon Driver, yang memimpin proyek Galaxy And Mass Assembly (GAMA).
Fakta
bahwa alam semesta perlahan memudar diketahui sejak akhir 1990an tapi
hasil studi menunjukkan bahwa itu terjadi di seluruh panjang gelombang,
mulai dari ultraviolet sampai inframerah, menggambarkan penilaian
keluaran energi paling komprehensif dari alam semesta terdekat.
Itu
berarti mereka bisa melihat cahaya dari bintang-bintang muda dan tua,
juga cahaya yang diserap dan dipancarkan kembali oleh debu.
Jadi
penilaian baru penurunan alam semesta meliputi informasi-informasi dari
galaksi-galaksi dengan keragaman sangat tinggi, termasuk yang
tersembunyi di balik debu. "Alam semesta akan menurun dari sini,
meluncur pelan ke usia tua. Pada dasarnya, alam semesta seperti sedang
duduk di sofa, menarik selimut dan bersiap tidur kekal," kata Driver
seperti dilansir kantor berita Xinhua.
Hasil studi yang merupakan
bagian dari proyek GAMA, survei multi panjang gelombang terbesar yang
melibatkan banyak teleskop-teleskop kuat dunia termasuk teleskop
berbasis darat VISTA dan VST milik European Southern Observatory di
Paranal Observatory di Chile dan teleskop antariksa GALEX dan WISE Badan
Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan teleskop Herschel milik Badan
Antariksa Eropa. (WDY)
Energi Alam Semesta Menyusut
Rabu, 12 Agustus 2015 15:19 WIB