Denpasar (Antara Bali) - Sebuah kesenian langka "Gambang" mampu menarik perhatian penonton Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-37 yang memadati kalangan Angsoka, Taman Budaya Denpasar, Kamis.
Alunan instrumen musik tradisional Bali itu disuguhkan oleh Seka Gambang Geria Asri Banjar Blimbing, Desa Tohpati Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.
Pembina sekaa kesenian tersebut I Nyoman Geria S.P menjelaskan, musik yang dibuat dari bahan bambu dengan rongga nada lebih besar dari gamelan gong biasa.
Instrumen musik gambang di Kabupaten Klungkung umumnya berbeda dengan daerah lainnya di Bali dari segi bilah bambu yang digunakannya.
Kerawitan klasik Gambang di Pulau Dewata dipergunakan untuk kegiatan sakral seperti "memukur" dan "ngerorasin" rangkaian dari ritual ngaben (kremasi jenazah).
Gamelan gong gambang semakin langka keberadaannya, bahkan di Kabupaten Klungkung hanya tercatat dua perkumpulan yakni Seka Gambang Geria Asri Banjar dan Seka Aang.
Pada bulan Juni-Juli saat masyarakat ramai menggelar ritual seka gambang mempunyai jadwal yang sangat padat untuk memenuhi permintaan masyarakat.
I Nyoman Geria menambahkan, Seka Gambang duta Kabupaten Klungkung membawakan lima gendingan tabuh yakni tabuh Tulak Baya yang artinya tulak berarti sengker dan baya artinya bahaya,
Tabuh Warga Sari yang artinya ketika estetika rasa berpendar terurai bersatu rasa itu pula bisa terpadu dalam sebuah jalinan estetika.
Tabuh Manuk Kaba, Manuk artinya Pikayun dan Kaba artinya pabuat, Manuk Kaba adalah hasil transpormasi pengetahuan unsur musikalitas, motif, serta karakter gending yang diolah menjadi sebuah lagu yang indah.
Tabuh Pangerus yang memiliki arti Pengeres yang terinspirasi dari sebuah indahnya pengalaman yang selama ini dijalani serta Tabuh Panji Marga yang artinya Panji adalah Raja dan Marga berarti Jalan atau perjalanan, ujar Nyoman Geria. (WDY)