Semarapura (Antara Bali) - Petani rumput laut di Nusa Penida, sebuah pulau yang terpisah dengan daratan Bali menjerit, karena rumput laut yang menjadi tumpuan harapan masyarakat merosot dari Rp10.000 kini hanya Rp8.000 per kilogram.
"Padahal dua hari lalu harga Rp10.000 sekarang hanya Rp8.000/kg dalam kondisi kering," kata petani rumput laut Menpur dan I Ketut Jagra di Desa Lembongan, Nusa Penida, Senin.
Ia mengatakan, harga rumput laut merosot, karena pembeli yang datang ke Nusa Penida hanya sanggup menghargai Rp8.000/kg, padahal petani setempat menjelang panen raya rumput laut. "Masyarakat setempat yang sebagian besar menggantungkan harapannya pada komoditas rumput laut kini mengeluh, lebih-lebih menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan pada pertengahan Juli 2015," ujar Men Pur.
I Wayan Suarbawa, petani rumput laut lainnya, selain harga merosot, produksi petani setempat dalam panen kali ini juga menurun, akibat pengaruh cuaca. "Ombak besar mengakibatkan tanaman rumput laut hancur, patok tercabut mengakibatkan tanaman rumput laut mati, diperparah lagi harga yang merosot," ujarnya.
Padahal rumput laut Nusa Penida, Kabupaten Klungkung memiliki kualitas bagus yang ditampung oleh pengusaha dari Surabaya, Jawa Timur. Setelah melalui memprosesan diekspor ke Jepang dan Tiongkok.
Harga rumput laut yang menjadi keluhan masyarakat Dusun Semaya Nusa Penida, karena sebagian besar masyarakat setempat mengandalkan mata pencaharian dari pengembangan rumput laut, sehingga dari segi ekonomi sekarang mereka tidak berdaya.
I Made Darman, seorang pengempul rumput laut di Dusun Semaya, Nusa Penida, mengatakan petani rumput laut kini produksinya menurun tajam akibat pengaruh angin yang cukup kencang. "Setiap hari biasanya saya membeli rumput laut dari petani mencapai 2-3 ton, namun sekarang ini maksimal 700 kg," ujarnya.
I Ketut Jagra, seorang petani rumput laut lainnya menjelaskan, petani akan menghasilkan komoditas rumput laut kualitas bagus ketika merembus angin selatan atau barat. "Sekarang ini berembus angin timur dan angin utara sehingga membuat hasil panen petani merugi. Kami sering cemas karena rumput laut menjadi tumpuan harapan pendapatan keluarga," ujar Ketut Jagra. (WDY)
Petani Rumput Laut Nusa Penida Menjerit
Senin, 8 Juni 2015 11:11 WIB