Tabanan (Antara Bali) - Para petani di Desa Candikuning, Kabupaten Tabanan, Bali saat ini membudidayakan kentang "granola" jenis unggul kualitas terbaik yang memiliki ukuran lebih besar jika dibandingkan dengan kentang jenis lain yang beredar di pasaran.
"Kentang jenis ini lebih diminati, saya hanya mengikuti perkembangan pasar saja," kata Wayan Jarmin, seorang petani di desa setempat, Jumat.
Ia mengatakan, secara umum, kentang yang dijual di pasaran terdiri dari tiga jenis, yakni kentang granola, kentang tes dan kentang jenis lokal. Kentang granola merupakan kentang dengan kandungan pati rendah dan kandungan air tinggi yakni lebih dari 70 persen.
"Kentang jenis ini lebih cocok diolah menjadi kentang rebus karena pori-porinya sulit mengeluarkan air pada saat pemasakan, sedangkan, kentang tes memiliki kandungan pati lebih tinggi dan kandungan air lebih rendah," ujar Wayan Jarmin.
Kentang jenis ini cocok digoreng sebagai kentang goreng atau dipanggang, kentang lokal bentuknya kecil, dari segi warna, ketiganya tampak sama.
Wayan Jarmin menjelaskan, pihaknya menanam kentang granola di sebuah lahan miliknya sendiri seluas 23 are yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Dengan lahan seluas itu, membutuhkan bibit kentang sejumlah 1.000 bibit, bibit itu kemudian disemai dan dikembangkan menjadi jumlah yang lebih banyak.
"Bibit kentang membutuhkan waktu antara 70 sampai 80 hari sebelum bisa dipanen, dalam kurun waktu tersebut, harus mendapat perawatan dengan cara memberikan pupuk dan menghilangkan hama-hama yang tumbuh di sekitar tanaman kentang," imbuhnya.
Ia melanjutkan, kentang jenis granola membutuhkan beberapa perawatan seperti penyemprotan insektisida, perawatan daun pohon dan penggunaan tutup plastik jika curah hujan tinggi.
"Beberapa perlakuan khusus perlu dilakukan supaya tanaman kentang dapat tumbuh subur dan dapat dipanen tepat waktu, sehingga hasil panennya keseluruhan maksimal, " ujar Wayan Jarmin. (ADT)
Petani Candikuning Budidayakan Kentang Granola
Jumat, 29 Mei 2015 8:28 WIB