Denpasar (Antara Bali) - Suasana politik antara pemerintah Australia-Indonesia belum harmonis, namun realisasi ekspor aneka barang kerajinan bernilai seni dan nonmigas Bali lainnya ke negeri tetangga itu terus meningkat.
"Pemerintahan boleh ribut-ribut, pasca-eksekusi terpidana narkoba Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, namun pesanan mitra kerja dari Australia ada saja," kata Made Parsua, seorang pengusaha kerajinan di Gianyar Senin.
Ia menyebutkan, Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat realisasi perdagangan dan perolehan devisa nonmigas dari Australia naik 16,83 persen dari 7.9 juta dolar AS menjadi 9,2 juta dolar selama Januari-Maret 2015. Ini artinya masyarakat Australia terutama para pengusaha tidak terlalu menghiraukan permasalahan terhadap dua warganya yang dipidana mati akibat narkoba, benda haram yang dapat meracuni generasi muda dunia, ujar Parsua.
Pengusaha dan eksportir Bali tetap melakukan kegiatannya melayani permintaan mitra usahanya dari Australia terhadap pesanan, terutama bidang perhiasan perak dipadukan dengan emas, pakaian jadi, perabotan rumah tangga dan usaha kerajinan kreatif lainnya.
Pengusaha bidang kerajinan perhiasan di Bali mampu mengikuti perkembangan zaman, termasuk rancangan yang dikirim dari negara konsumen kemudian dipadukan dengan muatan lokal sehingga menjadi antik. Pengusaha kerajinan Bali mampu meraih devisa 6,3 juta dolar selama Maret 2015 misalnya 15,11 persen diantaranya merupakan pesanan dari Australia, namun yang tertinggi datang dari Singapura 26 persen.
Parsua, pengusaha aneka kerajinan Bali mengatakan, konsumen Australia juga banyak memesan pakaian jadi buatan tangan-tangan terampil masyarakat daerah ini hampir 10 persen dari penjualan 7,2 juta dolar selama Maret 2015. Tidak saja ekspor kerajinan Bali yang tetap lancar ke Australia, turis negeri kangguru pun tetap ramai ke daerah ini, terbukti banyak pelancong yang mengaku asal Australia yang datang ke toko-toko seni di sini, kata Parsua. (WDY)
Ekspor Kerajinan Bali ke Australia Meningkat
Senin, 11 Mei 2015 10:40 WIB