Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menggelar pentas dengan menampilkan kelompok musik Yogyakarta, Gangsadewa Ethnic Ensemble, pimpinan Memet Chairul Slamet.
"Pementasan untuk menghibur masyarakat umum secara cuma-cuma berlangsung Sabtu malam," kata Penata Program BBB Juwitta K. Lasut di Denpasar, Sabtu.
Dalam pertunjukan tersebut, kata dia, Gangsadewa akan mempresentasikan karya musik mengelaborasi nilai-nilai yang terangkum dalam filosofi "Giri Bahari".
Filosofi itu dalam kearifan lokal Bali dikenal sebagai konsep "Segara Giri" atau "Nyegara Gunung", yakni konsep harmonis yang mempertautkan kehidupan sosial kultural pegunungan dan pesisir (lautan) dalam satu kesatuan nilai, menjadi acuan dalam kehidupan keseharian maupun ritual.
Giri Bahari merupakan eksplorasi dari tema utama Bentara Budaya tahun 2015, yakni "Jaya Giri Jaya Bahari", terefleksikan dalam berbagai kegiatan seni budaya, antara lain pameran asam garam bentara, Bali Tempo Doeloe, sinema bentara, pertunjukan musik, dan seminar kemaritiman.
Gangsadewa adalah kelompok "ethnic ensemble" dari Yogyakarta, berdiri pada tahun 2004. Kelompok ini telah menghasilkan empat album. Setelah melawat ke beberapa negara, mempresentasikan karya musik etnik kontemporer nusantara, komposer bereputasi internasional Memet Chairul Slamet
Personel Gangsadewa, antara lain Memet Chairul Slamet (komposer) Dodi Precil (perkusi), Haris (sapek, kecapi, gambus), Herry (kecapi, bonang, cak), Herman (gitar), dan Putri (perkusi, jembe, vokal).
Kelompok ini mulai tampil di Yogyakarta Contemporary Music Festival 2004, memainkan Slendro in A.
Kelompok "ethnic ensemble" pimpinan Memet kerap mengedepankan bentuk-bentuk musik yang eksperimental, mengomposisi beberapa bunyi dengan tetap mempertahankan prinsip dasar musik agar nyaman dinikmati.
Selain itu, harmoninya terjaga kuat, menghasilkan paduan bunyi yang sugestif dan imajinatif yang masing-masing tetap mencerminkan karakternya.
Kelompok tersebut berkeyakinan setiap unsur bunyi yang dihasilkan dari instrumen-instrumen musik pada hakikatnya mewakili nilai budaya tempat alat musik itu berasal.
Alat musik modern maupun tradisional pasti mempunyai sejarah dan filosofinya masing-masing.
Sebagai komposer, Memet merasa memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga keluhuran yang terkandung di dalam alat musik tersebut pada setiap cipta karyanya.
Juwitta K. Lasut menyebutkan sejumlah karya (album) Gangsadewa, antara lain Milangkori, Ruang Bunyi (2006), Nyanyian Nusa, Culture Movement, Overture, Angin dari Bukit (2007), Sound of Imagination, Tune, Mixture (2008), Water N I (2009), dan Menunggu "Batu Bernyanyi" (2011). (WDY)