Denpasar (Antara Bali) - Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia menilai ada upaya dan gerakan untuk menyelamatkan kawasan Pura Besakih, tempat suci umat Hindu terbesar di Pulau Dewata.
"Kawasan suci Pura Besakih yang berada di wilayah Kabupaten Karangasem, Bali timur sangat dijaga kesuciannya agar tetap mampu melindungi dan menebar kedamaian di Bumi Dewata," kata Prof Windia, salah seorang tim-11 Pengkaji Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KPSN) di Denpasar, Senin.
Ia terlibat secara intens dalam tim independen yang dipimpin Prof Made Bakta, yang dibentuk berdasarkan surat keputusan (SK) Gubernur Bali. Keputusan yang paling cepat dapat diambil adalah, usulan untuk mengeluarkan KPSN Pura Besakih, Gunung Agung, dan sekitarnya, dari Lampiran PP No. 50, tahun 2011. PP No. 50 tersebut, bertajuk Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, tahun 2010-2025.
Windia mengingatkan, esensi dari sikap yang cepat itu menunjukkan bahwa masyarakat Bali sangat gerah dengan pemikiran pembangunan yang hanya mengutamakan pembangunan fisik, teknis, dan ekonomis. Hal itu kemudian bisa menjadi batu pijakan kepada kaum kapitalis untuk melakukan kegiatan investasi-ekonomi, yang hanya berorientasi keuntungan (profit), efesiensi dan produktivitas.
Ketika tugas Tim-11 sudah berakhir dengan berbagai rekomendasi, pada awal Maret 2015, pihak Ketua Bappeda Bali mengundang Tim, guna mengadakan dialog akhir.
"Ternyata dari Tim yang hadir, semuanya masih menyoroti kondisi dan eksistensi kawasan Pura Besakih, bahwa kawasan pura telah banyak dikitari oleh lahan-lahan pribadi. Lahan itu setiap saat bisa saja dibangun, dan bisa `mengotori` kesucian Pura Besakih," ujarnya.
Padahal kawasan Pura Besakih adalah lokasi yang paling disucikan oleh Umat Hindu, dan Gunung Agung yang melatar-belakanginya, merupakan kawasan suci. Agamawan Ketut Wiana mengatakan bahwa dahulu, kawasan pura Besakih dikitari oleh 1.000 haktare lahan milik negara sebagai bamper Pura Besakih.
Namun kini, sedikit demi sedikit, kawasan bamper itu sudah menjadi milik pribadi yang bersertifikat, yang siap menjadi bumerang bagi kesucian Pura Besakih. Sementara itu para pedagang sudah sejak lama merasuk ke kawasan suci. Demikian pula wisatawan asing dengan santai masuk ke pura, tanpa mengenakan pakaian adat tanpa didampingi pemandu wisata, juga tidak ada teguran dari pihak yang berwenang. (WDY)