Kintamani (Amtara Bali) - Akibat cuaca buruk ditandai seringnya turun hujan belakangan ini, membuat para petani cengkih di Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, kesulitan mengeringkan bunga cengkih yang baru dipetik.
Menurut sejumlah petani cengkih di Kintamani, Senin, kondisi cuaca yang lebih sering diselimuti mendung tebal dan setiap saat turun hujan, sangat menyulitkan proses pengeringan cengkih yang biasa dilakukan melalui penjemuran di bawah terik matahari.
"Kondisi cuaca saat ini yang sebentar-sebentar hujan, membuat kami harus berulang kali melakukan penjemuran dan kembali mengemasinya. Bunga cengkih bisa rusak akibat tidak segera kering," kata Made Karya (42), salah seorang petani di Desa Dausa, Kintamani Utara.
Dikatakan, kondisi tersebut diperparah oleh keadaan petani yang umumnya tidak memiliki peralatan dan lantai jemur yang memadai, sehingga hal itu dipastikan akan berpengaruh terhadap kualitas cengkih.
Untuk menekan kerugian akibat sulit mengeringkan cengkih, Made Karya dan petani lainnya terpaksa harus menyewa lantai jemur di daerah tetangga kawasan Singaraja, ibukota Kabupaten Buleleng.
Namun biaya sewa lantai jemur itu cukup mahal, yakni mencapai sekitar Rp100.000 untuk penjemuran per satu kuintal cengkih, belum lagi perhitungan ongkos pengangkutannya.
"Kami terpaksa menyewa lantai jemur guna menekan tingkat kerusakan cengkih tersebut. Cengkih yang kelamaan tidak dikeringkan, kualitasnya akan turun, ditandai hilangnya aroma khas dan warnanya menjadi hitam," tambah Made Karya.
Ketut Buda, petani lainnya di desa yang sama juga mengaku terpaksa mengeluarkan biaya sewa tempat jemur, dengan harapan bisa menekan kerugian akibat bunga cengkih rusak.
"Kami juga merugi akibat para pemetik cengkih tidak bisa bekerja maksimal akibat setiap saat diguyur hujan. Upah per hari tetap sama, hasil petikan bunga cengkih jauh lebih sedikit dibanding saat cuaca mendukung," ujarnya.
Dalam kondisi panenan bunga cengkih banyak yang terancam rusak, harga komoditas tersebut juga terus turun, yakni kini cengkih kering hanya sekitar Rp44.000/kilogram, padahal sebelumnya berkisar Rp50.000 hingga 60.000/kg.
"Mungkin karena banyak cengkih yang dijual petani kualitasnya kurang bagus, sehingga mendorong turunnya pasaran harga. Ini menambah buruk nasib petani," kata Ketut Buda.
Ia berharap kondisi cuaca segera membaik kembali, mengingat saat ini masih bulan September yang seharusnya merupakan puncak musim kemarau.
"Kami berharap bisa memperkecil kerugian. Mudah-mudahan pasaran harga cengkih juga bisa naik lagi seperti sebelumnya," tambahnya.(*)